Anggap Saja Kuliah Itu Sebuah Kejuaraan Balap
Pernah nonton balapan? Misal Moto GP, Atau F1 gitu? Pernah
ya pastinya. Atau kalau enggak pernah nonton Moto GP atau F1, seenggaknya kamu
pasti pernah nonton balap karung. Ya, cemen memang. Tapi, seenggaknya itu
balapan juga.
Sebagai penikmat balap … ah, ralat. Lebih tepatnya
sebagai penggemar Valentino Rossi, tentu saja hal-hal yang berkaitan dengan
sang idola terkadang mempengaruhi kehidupanku. Dari yang sederhana seperti
ketika naik motor dan berbelok, kadang aku menurunkan kakiku. Aneh memang.
Tapi, itu kayak Rossi. Sekali lagi memang aneh. Bahkan sampai pada kuliah pun
balap juga mempengaruhi hal itu.
Yap, aku selalu mengibaratkan kuliah itu seperti
sebuah kejuaraan balap. Di mana semester adalah sebuah musim kejuaraan. Mata
kuliah adalah sebuah seri balap. Nilai mata kuliah adalah hasil posisi yang
kita peroleh. Dan Indeks Prestasi Semester adalah total poin dari semua seri
balap yang kita kumpulkan di sebuah musim kerjuaraan.
Kenapa aku melakukan itu? Biar semangat aja. Ah,
tidak. Sebenarnya … tanpa kusadari aku sudah melakukan itu. Dengan kata lain,
aku nggak benar-benar tahu kenapa aku harus melakukan itu.
Sebenarnya, karena alasan itu pula aku jadi
terobsesi dengan nilai dan Indeks Prestasi. Ya, aku nggak benar-benar tahu apa
yang akan aku dapatkan jika aku memiliki IP yang bagus. Mungkin mudah mencari
pekerjaan atau apapun itu. Tapi, aku mengincar IP yang bagus bukan untuk itu.
Atau seenggaknya aku belum berpikir tentang itu. Aku hanya berpikir tentang
kepuasaan. Karena bagiku, ketika aku bisa mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya,
aku merasa seperti baru saja memenangkan sebuah kejuaraan dunia.
Lalu tentang nilai, di kampusku system penilaiannya
adalah: A:4 AB:3,5 B:3 BC:2,5 C:2 D:1 E:0. Sekedar informasi saja, aku selalu
terobsesi untuk mendapatkan nilai minimal B di setiap mata kuliah. Karena
seperti yang aku bilang di atas, bagiku mata kuliah adalah satu seri balap dan
nilai adalah posisi yang kita raih di seri itu. Jadi bagiku … nilai A adalah
podium pertama, AB adalah podium kedua, B adalah podium ketiga, BC, C, D,
adalah empat dan seterusnya. Lalu E, anggap saja jatuh dari motor.
Lantas kenapa aku selalu menginginkan setidaknya
nilai B? Ya karena B bagiku adalah podium ketiga. Dengan kata lain tempat
terakhir di podium. Jadi intinya, kalau aku nggak bisa dapet podium teratas
(A), seenggaknya aku masih bisa berdiri di podium walau cuma finis di posisi
ketiga.
Dan hal itu membuatku sangat benci dengan nilai BC.
Ya, aku benci dengan posisi keempat. Karena posisi keempat benar-benar tipis
dengan podium. Terkadang, kita berpikir bisa mengamankan posisi podium
terakhir. Tapi, kenyataannya kita justru harus terdampar di posisi keempat. Memang,
kegagalan yang tipis dengan keberhasilan jauh lebih menyakitkan dari kegagalan
yang benar-benar gagal.
Eh, kayaknya udah itu aja sih yang bisa aku tulis di
kesempatan kali ini. Sampai jumpa. Aku mau pergi ke kampus dulu. Satu tempat di
atas podium yang terlihat sangat bersinar dan berkilauan sudah menantiku.
Belum ada Komentar untuk "Anggap Saja Kuliah Itu Sebuah Kejuaraan Balap"
Posting Komentar