MotoGP Phillip Island 2016: Sepertinya Memang Hanya Karena Kurang Beruntung Saja
Entah kenapa, balapan
di Phillip Island selalu saja menjadi balapan yang menyenangkan untuk
dinikmati. Mulai dari letak sirkuitnya yang berada di dekat pantai sehingga
membuat semuanya terlihat lebih memikat. Burung camar yang beterbangan kesana-kemari
menambah keindahan layaknya kunang-kunang di sebuah malam di musim kemarau yang
cerah. Dan tentu saja, balapan itu sendiri. Semua faktor itu seolah saling
melengkapi untuk membuat balapan yang berlangsung sehari yang lalu menjadi
sebuah balapan yang luar biasa.
“Santai
kayak di pantai.”
Nampaknya para pembalap
MotoGP dari semua kelas tidak mengenal istilah itu. Ya, meski balapan
berlangsung di –dekat- pantai, tetap saja lomba berlangsung dalam suasana yang
seru dan menegangkan.
Di Moto3, alih-alih
ingin bersantai, para rider dari kelas ini seperti biasa justru terlihat sangat
ngotot. Terbukti dengan banyaknya pembalap yang berguguran karena crash. Bersenggolan
dan kemudian terjatuh menjadi pemandangan biasa di balapan kemarin. Bahkan
ketika usia balapan belum genap satu lap, atau tepatnya di tikungan kedua lap
pertama, beberapa pembalap terjatuh karena saling bersenggolan. Puncaknya
ketika balapan menyisakan 18 lap, lomba harus dihentikan karena tabrakan domino
kembali terjadi. John McPhee terkapar dan kelihatannya cukup parah. Semoga dia
baik-baik saja. Aamiin.
Di Moto2, memang di
kelas ini tak ada kecelakaan ekstrim yang terjadi seperti di Moto3. Namun meski
begitu, tidak ada kata santai. Karena balapan juga berlangsung dengan tak kalah
seru. Adalah persaingan antara Luthi, Morbidelli dan Pasini yang membuat itu
terjadi. Mendebarkan, saya rasa itu adalah kata paling tepat untuk
menggambarkan persaingan antara mereka bertiga guna memperebutkan tempat di
podium tertinggi.
Meski kemudian Pasini
terjatuh, hal itu tidak serta merta membuat keseruan balapan seketika
menghilang. Karena persaingan antara Luthi dan Morbidelli berlangsung hingga
lap terakhir. Ah, tidak. Maksud saya lintasan lurus terakhir. Morbidelli yang
keluar dari tikungan terakhir lebih dulu harus rela menerima kenyataan bahwa
Luthi menyalipnya ketika dirinya hampir menyentuh garis finis.
Sementara itu di
MotoGP, hasil dari balapan di Phillip Island kemarin membuat saya menyadari
sesuatu. Saya akhirnya sadar bahwa apa yang membuat Valentino Rossi gagal juara
dunia musim ini adalah karena ketidak beruntungan. Setidaknya ada dua alasan
yang membuat saya berkata demikian.
Pertama, Rossi yang
start dari posisi ke-15 dan akhirnya bisa finis ke-2. Itu menunjukkan bahwa
sebenarnya The Doctor masih cukup kuat. Meski usianya kini telah menginjak 37
tahun, namun dalam balapan kemarin kita dapat melihat betapa agresifnya Vale
ketika menyalip pembalap-pembalap yang secara usia lebih muda darinya. Andai
saja musim ini Vale bisa meminimalisir kesalahan yang dia buat dan lebih banyak
mendapat keberuntungan, segalanya pasti akan berjalan lebih baik.
Kedua, Marquez yang
terjatuh. Itu menunjukkan bahwa Marquez tetap saja manusia yang tak luput dari
ketidak beruntungan. Itu artinya sekuat apapun Marquez, sebenarnya dia tetap
masih bisa dikalahkan. Dan alasan kenapa baby alien menjadi juara dunia musim
ini saya rasa adalah karena dia tidak membuat kesalahan lebih banyak dari para
pesaingnya. Atau dengan kata lain, dia lebih beruntung.
Ah, rasanya saya ingin
cepat-cepat meluncur ke tahun 2017. Menyongsong musim baru MotoGP. Dan kemudian
berharap kali ini Valentino Rossi tak membuat banyak kesalahan dan mendapat
lebih banyak keberuntungan.
Oh, iya. Saya hampir lupa. Ternyata saya belum mengucapkan kalimat itu. Baiklah, saya akan mencucapkannya sekarang. SELAMAT UNTUK CAL CRUTCHLOW ATAS KEMENANGAN KEDUANYA DI MUSIM INI.
Belum ada Komentar untuk "MotoGP Phillip Island 2016: Sepertinya Memang Hanya Karena Kurang Beruntung Saja"
Posting Komentar