MotoGP Silverstone 2016: Balapan Tegang Di Bawah Gelapnya Awan
Nonton balapan MotoGP
yang berlangsung di sirkuit Silverstone dua hari yang lalu itu udah mirip kayak
sakit asma, susah napas. Ketegangan yang disuguhkan pada balapan itu membuat
saya merasa seperti berada di luar angkasa yang membuat ruang nonton TV seolah
memiliki atmosfer yang berbeda dari biasanya. Padahal cuma nonton di depan TV,
lho.
Nah, sebenarnya
paragraf di atas bisa juga jadi sanggahan buat orang yang berpikir Youtube lebih dari TV. Gini, emangnya Youtube bisa nayangin MotoGP secara live? Nggak,
kan. Jadi nggak selamanya TV itu acaranya sampah semua. Mungkin orang yang
bilang kayak gitu ngertinya TV cuma nayangin Anak Jalanan sama Mermaid in Love
kali, ya.
Eh, sebenarnya artikel
kali ini mau bahas apa, sih?
Ok, sebelum artikel ini
semakin melebar kemana-mana dan malah membahas tentang sinetron-sinetron
kegemaran para remaja masa kini, mari kita kembali ke jalan yang benar. Ijinkan
saya untuk menulis semacam review setelah menonton balapan MotoGP Silverstone
dua hari yang lalu.
Jika di artikel-artikel sebelumnya saya selalu membahas jalannya balapan di semua kelas, kali ini entah
kenapa saya sedikit kehilangan hasrat untuk membahas tentang Moto3 dan Moto2.
Tapi pada intinya jalannya balapan di kelas Moto3 berlangsung seperti biasanya.
Seru, penuh overtaking bahkan sampai akhir perlombaan. Selalu menyenangkan
untuk menonton balapan Moto3. Dan di kelas itu, Brad Binder keluar sebagai
juara.
Sementara itu di kelas
Moto2, yang paling mencuri perhatian saya adalah finisnya Hafizh Syahrin di
posisi 4. Selalu menyenangkan bagi saya ketika melihat pembalap Asia Tenggara
dengan gigih bersaing di posisi depan. Dan yang lebih menyenangkan adalah …
ketika sampai di paddock, Hafizh Syahrin sujud syukur!
Ok, mari kita beralih
ke kelas utama.
Tidak seperti babak
kualifikasi di mana hujan mengguyur lintasan dengan sangat deras, cuaca saat balapan
justru terasa lebih kering. Meski, tetap terlihat mendung, sih. Hal itu
ditandai dengan tidak terlihatnya cahaya matahari yang dapat menembus awan
untuk membuat sirkuit menjadi lebih terang.
Satu hal yang membuat
saya bertanya-tanya adalah kenapa balapan dimulai jam Sembilan malam lebih? Bahkan
mungkin setengah sepuluh. Padahal kan biasanya untuk balapan yang berlangsung
di benua Eropa jam tujuh malam juga udah mulai. Sebuah pertanyaan yang bahkan
ketika saya mencari jawabannya di Google, saya tidak menemukan apapun. Mungkin
anda yang kebetulan membaca artikel ini tahu jawabannya, tolong tulis di kolom
komentar, dong.
Kembali ke balapan.
Selepas start, balapan
terhenti dengan sangat cepat. Bahkan ketika usia balapan belum mencapai 1
putaran. Red flag dikibarkan menyusul terjadinya kecelakaan yang melibatkan Pol
Espargaro dengan Loriz Baz. Dan balapan pun harus diulang.
Di start yang kedua,
Maverick Vinales yang memulai balapan dari posisi ketiga langsung melesat dan
tak terkejar oleh para pesaingnya yang lain. Kondisi itu berakhir hingga
balapan selesai. Maverick Vinales meraih kemenangan pertama sepanjang kariernya
di kelas MotoGP. Sekaligus menjadi kemenangan pertama tim Suzuki sejak tahun
2007.
Jika persaingan untuk
memperebutkan posisi pertama cenderung membosankan karena Vinales hanya
berkendara sendirian tanpa ada rider lain yang mampu mendekat, hal yang berbeda
tersaji pada perebutan posisi kedua. Nah, perebutan posisi kedua inilah yang
saya sebut di paragraf awal artikel ini sebagai sesuatu yang membuat kita –atau
mungkin hanya saya- mengalami kesulitan untuk bernapas.
Ada empat pembalap yang
bersaing untuk mengklaim posisi runner up. Cal Cruthclow, Marc Marquez, Andrea
Iannone, dan Valentino Rossi seolah tak mau merelakan posisi terbaik kedua itu
jatuh kepada orang lain selain dirinya.
Perebutan posisi kedua
kemarin itu udah mirip seperti Moto3. Seru dan menegangkan. Dan ketika sedang
seru-serunya, Andrea Iannone justru terjatuh. Sepertinya jatuh adalah tradisi
tersendiri bagi Iannone, ya.
Oh, iya. Kalau kita
mengamati penampilan Marc Marquez kemarin, dia itu mirip kayak anak STM yang
baru aja dikasih motor sama bapaknya. Ugal-ugalan …!!!
Tercatat dua kali
Marquez keluar dari sirkuit karena bersenggolan sama rider lain. Yang pertama
dengan Valentino Rossi. Dan yang kedua dengan Cruthlow. Untungnya pinggir
lintasan tempat Marquez keluar di aspal. Kalau itu gravel jatuh deh kayaknya. Atau
seenggaknya posisinya melorot jauh.
Tapi sebenarnya kita –atau
mungkin hanya saya- patut bersyukur dengan ugal-ugalannya Marquez. Karena kalau
Marquez nggak ugal-ugalan, maka balapan nggak akan seseru kemarin. Dan sepertinya
Valentino Rossi juga tidak akan finis di podium dan mengakhiri lomba dengan
berada di depan Marquez.
Thanks to Marc Marquez
karena sudah memberi kami hiburan yang menegangkan. Dan juga terimakasih untuk
podium cuma-cumanya untuk Rossi. Lagi-lagi 3 poin terpangkas. Meski masih jauh
juga selisihnya. 50 poin. Sekarang pertanyaannya adalah bisakah selisih selebar
itu terlampaui? Semoga saja.
Belum ada Komentar untuk "MotoGP Silverstone 2016: Balapan Tegang Di Bawah Gelapnya Awan"
Posting Komentar