Naiknya Harga Rokok Dan Dampaknya Terhadap Anak-Anak
Beberapa waktu yang
lalu, Indonesia diguncang oleh suatu kabar yang sangat menggemparkan. Kabar yang
menimbulkan pro dan kontra. Kabar yang seolah memiliki magnet yang begitu besar
sehingga semua orang dibuat tertarik untuk membicarakannya. Kabar bahwa
sebentar lagi rokok akan naik harganya hingga Rp. 50.000 per bungkusnya.
Pro kontra jelas
terjadi. Yang pro punya argumen kenapa harga rokok yang naik akan memberikan
suatu dampak yang baik. Entah itu baik bagi negara Indonesia atau bahkan planet
bumi. Begitu juga sebaliknya, yang kontra juga punya argumen sendiri. Dan semakin
lama, perdebatan pun memanas. Meski kayaknya sekarang udah agak adem, ya.
Sebenarnya untuk orang
seperti saya yang sama sekali belum pernah merokok sepanjang hidup, jelas
kenaikan harga rokok itu sama sekali nggak akan memberi dampak apapun pada
saya. Itu sama kayak naiknya harga pulsa bagi orang yang nggak punya HP. Nggak
ngaruh!
Tapi kalau saya disuruh
memilih, kayaknya saya akan memilih supaya rokok naik harganya. Kenapa? Sama seperti
orang-orang non perokok lain di luar sana, saya juga sering terganggu dengan asap rokok. Nah, jika rokok naik, akan ada potensi berkurangnya jumlah perokok.
Dan saya rasa saya akan senang kalau jumlah perokok berkurang. Karena itu
artinya kemungkinan terganggunya saya akan asap rokok berkurang. Ah, saya
bahkan sering berandai-andai jika dunia ini benar-benar bebas dari asap rokok.
By
the way, pernah nggak sih kalian mendengar orang yang
ngomong kalau dia itu sebenarnya sudah pengen berhenti merokok tapi sulit
karena kalau nggak ngerokok rasanya pusing? Kayaknya pasti pernah, ya. Nah,
menurut saya kenaikan harga rokok adalah momentum yang tepat bagi orang-orang
seperti itu untuk benar-benar berhenti merokok. Karena kayaknya pusing akibat
nggak punya duit itu lebih memusingkan dari sekedar pusing karena nggak
ngerokok. Hehe.
Ah, saya pikir wacana
naiknya harga rokok ini bila benar-benar terealisasi juga akan memiliki dampak
baik, lho. Ok, saya memang sama sekali nggak ngerti tentang masalah ekonomi,
kesehatan, maupun lingkungan yang diakibatkan sama naiknya harga rokok. Saya nggak
paham tentang itu. Dampak baik yang saya maksud adalah dampaknya terhadap
anak-anak. Tentang naiknya harga rokok yang mungkin akan memperlambat
perkenalan anak-anak terhadap rokok.
Gini, deh. Buat perokok,
kapan pertama kali kalian ngerokok? Sebagian besar pasti akan menjawab pas SD. Beberapa
lagi mungkin SMP. Tapi kalau SMA rasanya sudah terlalu tua bagi mereka untuk
kenal sama rokok.
Kenapa anak SD sudah
mulai mencoba ngerokok? Ya karena harganya murah. Sebungkus dibawah Rp. 20.000
dan bahkan ecerannya ada yang hanya Rp. 1.500-. Jelas harga segitu adalah harga
yang terjangkau bagi keungan anak SD. Dan sebenarnya 1 batang rokok juga nggak
mungkin dihabisin oleh 1 anak sendirian. Pasti joinan sama temennya. Kalau misalkan
anak itu barengan sama 2 anak lain, berarti mereka bertiga iuran. Untuk dapat
uang Rp. 1.500 satu anak cukup ngeluarin uang 500 perak. Harga yang murah, kan.
Tapi misalkan harganya
beneran Rp. 50.000, rasanya nggak mungkin ada anak SD yang akan beli sebungkus.
Bahkan iuran sekalipun. Karena gimana juga Rp. 50.000 adalah angka yang cukup
gede untuk anak SD. Seenggaknya waktu jaman saya masih SD dulu, sih. Tapi kayaknya
anak SD jaman sekarang juga masih berpikir kalau Rp. 50.000 adalah jumlah yang
banyak, deh.
Lalu bagaimana sama
yang eceran? Ok, anggap aja ecerannya akan naik menjadi Rp. 5.000 per
batangnya. Bagi orang dewasa yang sudah berpenghasilan, harga segitu pasti
bukan apa-apa. Tapi gimana dengan anak SD? Tergantung saku dari orang tuanya,
sih.
Ok, mari kita coba
untuk berkhayal membangun sebuah situasi. Dengan pemeran tiga anak di beberapa
paragraf sebelum paragraf ini. Ceritanya ketiga anak itu pengen beli rokok satu
batang yang per batangnya sudah naik jadi Rp. 5000. Mungkin percakapan yang
terjadi di antara mereka bertiga adalah seperti ini …
Anak 1: Beli rokok yuk
Anak 2: Tapi kan
harganya sekarang 5.000
Anak 1: Tenang, kita
iuran. Satu orang 1.500. Kurang 500 aku yang tambahin
Anak 3: Enggak, deh. Kalau
1.500 kayaknya mending aku beli beng-beng aja
Anak 2: Iya bener. Mending
beli beng-beng
Akhirnya mereka nggak
jadi beli.
Ok, mungkin khayalan
tentang percakapan di atas terdengar sedikit absurd. Tapi siapa tahu yang kayak
gitu bisa beneran terjadi. Tapi intinya adalah naiknya harga rokok pasti akan
membuat anak-anak berpikir ulang untuk membelinya.
Sebenarnya selain
membeli, ada juga metode lain bagi anak untuk berkenalan dengan rokok. Metodenya
adalah … NGAMBIL PUNYA BAPAK. Mungkin sedikit aneh. Tapi yang begituan pasti
pernah terjadi. Dan naiknya harga rokok juga akan meminimalisir peluang
terjadinya hal itu.
Jika rokok harganya
masih murah, ketika rokok sang bapak dicuri oleh anak, bapaknya nggak akan
sadar. Kecuali kalau di bungkus itu hanya menyisakan satu batang. Soalnya
jumlah rokok di dalam bungkus nggak mungkin dihitung.
Beda kalau jadi naik
harganya. Karena mahal, pasti dieman-eman. Bahkan bukan nggak mungkin kalau
jumlah batangnya sampai dihitung dan dijadwal pemakaiannya.
“Ok,
masih 6 batang. Yang ini buat nanti habis mandi. Yang ini sebelum ngasih makan
burung. Yang ini pas …”
Nah, kalau sudah
dihitung gitu pasti kalau ada satu batang aja yang hilang pasti ketahuan. Dan anak
pun nggak akan berani macem-macem lagi sama rokok bapaknya.
Ah, sebenarnya saya juga
nggak tahu tentang apa yang akan terjadi atau dampak terhadap anak-anak jika harga
rokok beneran naik. Apa yang saya tulis di atas juga sekedar opini. Bahkan opini
yang menurut saya cukup lemah dan mudah untuk dipatahkan.
Tapi, satu yang pasti
adalah kayaknya nggak ada satu pun perokok berat di dunia ini yang senang
melihat anaknya yang masih SD merokok. Bahkan jika perokok berat itu mengawali
perkenalannya dengan rokok ketika dia masih SD, dia pasti tetap tidak ingin
anaknya seperti itu. Pengen bukti? Saya akan berikan screenshot chattingan saya
dengan salah satu teman yang merupakan perokok berat.
Cukup sekian. Terimakasih
buat yang udah baca. Itupun kalau beneran ada yang baca.
Belum ada Komentar untuk "Naiknya Harga Rokok Dan Dampaknya Terhadap Anak-Anak"
Posting Komentar