Senyuman Kota Boyolali Yang Membuat Saya Iri
Apa yang ada di benak
anda ketika anda mendengar nama Boyolali? Kayaknya sih saya cukup yakin anda
akan menjawabnya dengan kata-kata pujian seperti Boyolali sekarang megah, keren,
luar biasa, dan lain sebagainya. Betapa tidak, alun-alun megah, jalanan yang mulus
seakan tanpa lubang, patung sapi raksasa, bahkan simpang lima lengkap dengan
patung Arjuna naik kuda di tengahnya. Bukankah itu semua terlihat megah?
Tapi apakah semua
kemegahan itu membuat saya yang notabene juga warga Boyolali bangga? Ya, andai
saja saya adalah orang yang berdomisili di Boyolali Kota, saya pasti akan
berkata bahwa saya sangat bangga dengan kemegahan Boyolali. Namun, sayangnya
saya bukanlah warga Boyolali Kota. Saya hanyalah orang yang tinggal di sebuah
kecamatan bernama Sambi, kecamatan yang berjarak lebih dari 20km dari pusat
kota Boyolali. Sebuah kecamatan yang kondisinya jelas sama sekali tidak bisa disamakan
dengan kota Boyolali.
Aura kemegahan yang
melekat pada Kota Boyolali rasanya sama sekali tidak nampak jika kita melihat
kondisi yang terlihat di Sambi dan mungkin juga kecamatan lainnya. Ada semacam
kesenjangan di sana. Saya memang tidak tahu dengan pasti tentang masalah-masalah
seperti ekonomi, kesejahteraan, atau lain sebagainya. Dan saya hanya melihat
kesenjangan itu dari sesuatu yang memang benar-benar bisa saya lihat dengan
indera pengelihatan saya. Pembangunan.
Jika Kota Boyolali
memiliki alun-alun megah, jalanan yang mulus seakan tanpa lubang, patung sapi
raksasa, bahkan simpang lima lengkap dengan patung Arjuna naik kuda di
tengahnya, lalu apakah Sambi dan daerah-daerah pelosok lain di Kabupaten
Boyolali memiliki yang seperti itu? Tentu saja tidak. Jangankan yang seperti
itu, jalanan yang bisa dilewati secara layak pun masih jarang. Satu-satunya hal
yang mungkin bisa membuat kami bangga adalah tumbuhnya pohon pisang di tengah
jalan.
Jadi, apakah saya
bangga dengan kondisi Boyolali saat ini? Dengan tegas saya berkata tidak.
Bahkan, bisa dibilang sebagai warga kecamatan saya sangat-sangat iri dengan
mereka yang tinggal di kota. Tentang perbedaan fasilitas dan insfratuktur yang
kami dapatkan. Tentang semua kesenjangan ini.
Maksud saya, kita
sama-sama tinggal di Boyolali, kan? Tapi kenapa yang kami warga kampung dapatkan
tidak sama dengan yang mereka warga kota peroleh? Ok, lah. Saya memang orang
kampung dan rasanya sejak kecil saya juga sudah terbiasa merasa tertinggal dari
orang kota. Tapi masalahnya adalah saya tetap merasa bahwa pembangunan Kota
Boyolali itu sama sekali tidak wajar.
Maksud saya, apa
gunanya coba patung sapi raksasa itu? Lalu patung-patung kuda yang di tunggangi
Arjuna? Ah, mungkin pemkab akan berkata …
“Itu
kan icon Boyolali. Penting untuk identitas.”
Ok, lah. Saya juga tahu
kok kalau sapi sangat identik dengan Boyolali. Dan saya tidak menampik bahwa
identitas adalah sesuatu yang penting. Tapi masalahnya adalah ketika ada daerah
lain yang tidak tersentuh pembangunan, kenapa pemkab lebih memprioritaskan
uangnya keluar untuk membuat patung sapi? Yang saya cukup yakin untuk membuat
patung sebesar itu juga butuh biaya yang besar. Aneh, kan? Kira-kira buat apa
coba? Oh, saya tahu. Buat foto-foto pastinya.
Lalu tentang patung
Arjuna dan sekawanan kudanya, ini kayaknya tidak ada sangkut-pautnya dengan
identitas Boyolali. Satu-satunya alasan yang menurut otak saya rasional kenapa
patung itu dibangun adalah … ya untuk keren-kerenan dan gaya-gayaan aja.
Patung-patung kuda yang seolah membawa Kota Boyolali melaju jauh meninggalkan kecamatan lainnya. |
Iri sekaligus sebal. Boyalali
Kota yang semakin tersenyum, justru semakin tersenyum membuat saya semakin iri.
Itulah yang saya rasakan. Atau setidaknya yang saya rasakan beberapa waktu yang
lalu. Sebelum tanda-tanda pembangunan di Kecamatan Sambi akhirnya muncul.
Saat ini, di beberapa
titik di Kecamatan Sambi, pembangunan terlihat sedang gencar dilakukan. Mulai
dari pembangunan jalan, Pasar Sambi, bahkan hingga Kantor Kecamatan Sambi. Sepertinya
untuk saat ini saya bisa sedikit lega. Lega karena seolah mendapat kepastian
bahwa Sambi masih benar-benar menjadi bagian dari Kabupaten Boyolali.
Pasar Sambi yang dibangun ulang. |
Jalanan yang baru dicor separo |
Pemandangan pembangunan jalan dari depan rumah saya. |
Ini juga sama. Dari depan rumah saya. |
Gambar-gambar di atas seolah
memberikan jawaban kepada kami warga Sambi bahwa setidaknya kami tidak
benar-benar diabaikan. Ah, semoga pembangunan ini bukan sekedar langkah untuk ngeyem-yemi.
Belum ada Komentar untuk "Senyuman Kota Boyolali Yang Membuat Saya Iri"
Posting Komentar