Ketika Membayar SKS Berubah Menjadi Sesuatu Yang Mengerikan
Kalau boleh jujur, sebenarnya
kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta itu asik-asik aja, sih. Namun,
meski begitu ada satu momen kurang menyenangkan atau bahkan menyebalkan yang
hanya terjadi sekali tiap semesternya. Apa itu? Ya, membayar SKS di awal
semester.
Saya rasa tentang hal
ini bukan hanya saya saja yang merasakan. Saya cukup yakin jika
mahasiswa-mahasiswa UMS yang lain pasti juga setuju dengan apa yang saya
sebutkan di atas.
Membayar SKS atau yang
oleh beberapa orang disebut dengan membayar SPP, sebenarnya saya sendiri juga
nggak tahu mana yang lebih tepat. Hanya saja, saya pribadi lebih sering
menyebut itu sebagai membayar SKS. Sebenarnya membayar SKS ini adalah kegiatan
yang wajib untuk dilakukan oleh mahasiswa. Karena kalau mahasiswa nggak bayar
SKS maka si mahasiswa nggak bisa kuliah. Ya, iya, lah. Itu sama kayak kita ke
KFC tapi nggak bayar. Ya nggak dapat makanan.
Meski wajib dilakukan,
sekali lagi bagi saya dan mungkin mahasiswa UMS lain membayar SKS di awal
semester adalah sesuatu yang menyebalkan dan bikin males. Kenapa?
Bukan! Bukan karena
kita harus merelakan uang berjuta-juta berpindah tangan dengan mudahnya dari
genggaman kita ke bank. Bukan itu. Meski UMS sering diejek memilik kepanjangan
Universitas Mahal Sekali, tapi jelas bukan karena itu saya malas untuk membayar
SKS di awal semester.
Kalau bukan itu, terus
alasannya apa?
Ok, alasan sebenarnya
adalah … karena antriannya nggak manusiawi. Ah, sebenarnya saya bahkan ragu itu
bisa disebut antrian apa bukan. Maksud saya, coba perhatikan gambar di bawah
ini. Mengerikan, kan?
Yang seperti itu bisa
disebut antrian nggak, sih? Dalam KBBI disebutkan bahwa antri –sebenarnya ditulis
antre- adalah berdiri berderet-deret memanjang untuk menunggu giliran. Nah,
kalau seperti gambar di atas? Kayaknya akan lebih tepat untuk disebut sebagai
kerumunan. Kerumunan orang yang saling berdesakan untuk mendapat giliran.
Selama ini jujur saja
saya juga bingung kenapa pihak bank yang bersangkutan nggak bisa mengkondisikan
supaya mahasiswa yang membayar antri dengan rapi. Tapi, apakah itu benar-benar
salah bank? Nggak tahu juga, sih. Ada beberapa orang yang bilang bahwa itu
salah pihak kampus. Atau jangan-jangan, itu salah mahasiswanya yang memang
nggak mau berbaris dengan rapi dan memilih untuk berjubel saling mendorong di
dekat pintu bank?
Apapun itu, yang pasti
ini bukan kondisi yang bagus.
Kayak Antri Sembako |
Kenapa itu bisa
terjadi?
Saya menduga karena durasi
kesempatan membayarnya yang berbeda. Di awal semester, kesempatan membayarnya
hanya beberapa hari saja. Pokoknya di akhir liburan setiap semesternya ketika
sudah mendekati KRS-an. Dan katanya pembayaran di awal semester ini adalah
syarat agar mahasiswa bisa KRS-an. Jadi nggak heran kalau para mahasiswa saling
berbondong-bondong ke bank untuk membayar di waktu yang hampir berbarengan.
Sementara itu, pembayaran yang untuk melunasi sisanya relatif lebih aman karena waktunya juga longgar. Karena pembayaran sisa berfungsi sebagai syarat untuk mengikuti UAS, jadi asalkan bayarnya sebelum UAS maka semua akan baik-baik saja.
Kemudian saya berpikir.
Mungkin agar pembayaran di awal semester ini nggak lagi menjadi sesuatu yang mengerikan,
kayaknya sistemnya memang harus diganti. Mungkin bukan lagi dijadikan sebagai
syarat KRS-an. Tapi syarat UTS. Jadi nanti waktu membayarnya bisa lebih
longgar. Pokoknya asalkan sebelum UTS. Jadi kalau waktu membayarnya lebih
longgar mungkin nggak akan ada lagi yang namanya berdesak-desakan hanya untuk
membayar SKS.
Atau mungkin perubahan memang harus dimulai dari mahasiswanya sendiri. Maksud saya, jika saja para mahasiswa yang ingin membayar SKS memiliki kesadaran untuk berbaris berderet memanjang dengan rapi menunggu giliran seperti pemandangan yang sering kita lihat di POM bensin dan menolak untuk berdesakan di depan pintu bank, saya kira pasti semua akan berjalan dengan lebih baik.
Ah, apapun itu, saya
harap kedepannya akan ada sesuatu yang berubah.
Dulu sering banget ngebatin masalah kaya gini. Dan akhirnya ada yang mengutarakan lewat tulisan.
BalasHapusMasukan anda sangat bagus, tidak menghakimi, tdk menuduh, sangat bersahaya, pertahankan sikap spt ini, insya Alloh anda sukses dan barokah
BalasHapusudah pernah bayar di bank jateng mas? kalobelom monggo dicoba, udah 2 semester ini udah gak bayar di bukopin lagi.
HapusMasukan anda sangat bagus, tidak menghakimi, tdk menuduh, sangat bersahaya, pertahankan sikap spt ini, insya Alloh anda sukses dan barokah
BalasHapusAtau mungkin, pembayaran bisa via atm ya agar bisa lebih cepat & pembayaran bisa dilakukan dimana mana?
BalasHapusBs kok pakek ATM, saya area sragen, pembayaran sering melalui ATM bukopin sragen. G tau kl daerah lain.
HapusItu yg jg sya rsakan, jumlah mhsiswa smkin bnyk, problem pembyaran jg mkin banyak, tp MOU dg bank msh bank yg sulit ditemui n sedikit.
BalasHapusSetahu saya system pembayaran diUMS it menumpuk kartu mahasiswa untuk antrian. Jd g perlu deret lg, cukup nunggu giliran pangilan. G tau kl sekarang systemny gmn?
BalasHapusItu yg jg sya rsakan, jumlah mhsiswa smkin bnyk, problem pembyaran jg mkin banyak, tp MOU dg bank msh bank yg sulit ditemui n sedikit.
BalasHapusDulu pernah merasakan itu.. Tapi alhamdulillah solusinya ke bank yang lain bisaa... ���� mislnya bank jateng yang dekat manahan atau yang di Slamet riyadi... Dari Sragen juga bisa.
BalasHapusbaru tau dari sepupu ternyata sekarang di bank jateng bisa. kalo tau gitu saya nggak usah repot antri hehe
Hapussedih melihatnya, jaman masih kuliah disitu dulu mahasiswa nya mau antri berbaris rapi sesuai loket yg buka, lha sekarang kok awut2an gitu. apa karena mental generasi nya berbeda ya??
BalasHapusiya ...saya juga suda sekian lama ngalamin... yang berat buat antrinya ...kayak antri yg gratis aja...sebenarnya bisa juga ke cab bank yg lain tempat.. tapi hanya sebagian jurusan saja.. hmm.. salah siapa ya kira kira.. mahasiswa yg pengin tertib apa bank yang kurang manusiawi apa kampus yang kurang piknik ?? haha
BalasHapuswaini. pertanyaan yang susah. haha
HapusMaaf sebelume, mau ngasih tambahan saja, buat bayar bisa dilakukan di bank daerah masing-masing kok. Seperti kawan saya bayar di bank jateng kudus. Ndak masalah ��
BalasHapusiya mas. saya juga baru tau kalo ternyata bisa bayar di bank jateng terdekat. saya taunya dari sepupu saya. mungkin banyak yang seperti saya kalo belum tau tentang hal itu
Hapusuntuk di solo, bank jateng syariah ada lumayan banyak juga lho... saya pernah bayar di bank jateng di Gentan, Manahan, Slamet Riyadi, Citra Medika antrinya malah dikit. mungkin mereka belum tahu pembayaran bisa dilakukan di bank serupa di lokasi lain
BalasHapusiya bener. banyak yang belum tau. termasuk saya juga baru tau belum lama. hehe. semoga kedepan banyak yang tau biar nggak untek untekan lagi
HapusBukankah sudah ada fasilitas auto debit dari pihak bank mengenai pembayaran sks? Setahu saya Bukopin Syariah sudah menyediakan layanan auto debit sejak 2014 silam
BalasHapussaya malah nggak tau
HapusSaya kuliah di ums pertengahan 90an, saya kalo bayar selalu di bank yang deket rumah, antrinya sedikit.
BalasHapusmasalahnya kemarin ada yang bilang bahwa bayarnya cuma bisa di bank bukopin yang di kampus dan sriwedari. kayaknya banyak yang nggak tau kalo bayar di bank jateng terdekat ternyata bisa (termasuk saya, hehe)
Hapussaya bayar di bank jateng tapi pas proses cetak kartu spp blm lunas .
BalasHapusapa emng prosesnya lebih lama ya
waduh, kebetulan saya belum pernah bayar di bank jateng mbak. selama ini di bukopin syariah terus saya
Hapus