1/2 Jalan Ernest Prakasa Jogjakarta [Review]
Sebenarnya, saya
sedikit bingung tentang bagaimana cara mengawali artikel saya kali ini. Emm …
ah, saya tahu. Jadi begini, dua hari yang lalu, saya pergi ke Jogja untuk
menonton pertunjukkan stand up comedy special milik Ernest Prakasa bertajuk 1/2
Jalan.
Kalau diingat-ingat,
ini kedua kalinya saya pergi ke Jogja hanya untuk menonton stand up comedy.
Tentunya setelah tahun lalu di acara Juru Bicara World Tournya Pandji Pragiwaksono. Ya beginilah resiko tinggal di kota yang nggak gede-gede amat.
Comic papan atas kalau bikin tour nggak ada yang mampir. Alhasil harus
jauh-jauh dari Solo ke Jogja sekedar buat bisa nonton comic papan atas.
Hari minggu siang,
sekitar jam setengah dua saya berangkat dari rumah menuju Jogja. Di Jogja, saya
sudah ditunggu oleh kawan saya. Jadi, setibanya saya di Jogja saya langsung
beristirahat di kos teman saya. By the way, saya sampai Jogja sekitar jam
setengah empat. Dua jam perjalanan lah kira-kira.
Hanya sekitar satu
setengah jam saja saya beristirahat di kosan teman saya. Karena ternyata
shownya Ernest open gate jam setengah enam dan show dimulai jam setengah tujuh.
Jadi, mau nggak mau saya dan teman saya harus berangkat lebih awal ke venue acara.
Ngomong-ngomong, kalau saya pikir lagi ini adalah show stand up dengan waktu
mulai acara terawal yang pernah saya datangi. Biasanya habis isya baru mulai. Ini
habis magrib.
Karena perjalanan dari
kos teman saya ke venue acara butuh waktu beberapa menit, akhirnya kami sampai
di sana sekitar magrib. Waktu itu sayup-sayup terdengar suara adzan. Jadi, saya
asumsikan kami sampai tepat saat magrib. Begitu sampai, kami berdua langsung
mencari tempat untuk sholat. Dan karena show dimulai jam setengah tujuh,
setelah sholat kami langsung masuk ke venue, nggak sempat cari makan!
Mungkin kalian akan
berpikir kalau kalimat nggak sempat cari makan yang saya tulis untuk menutup
paragraf sebelumnya terdengar sepele. Namun, kenyataannya enggak seperti itu.
Karena faktanya itu sangat buruk. Sepanjang pertunjukkan saya terpaksa harus
menahan rasa lapar.
Ada sedikit ketakutan,
bisa nggak ya saya fokus acaranya?
Dan ternyata, ketakutan
saya menjadi kenyataan. Bukti shahihnya, ada dua opener lokal dari komunitas
Stand Up Indo Jogja yang tampil untuk membuka acara malam itu. Opener pertama
saya masih bisa nangkep. Namanya kalau nggak salah Ali Akbar, mahasiswa
perantauan dari Ternate. Nah, opener kedua saya mulai blank. Jangankan materinya,
namanya saja saya nggak ingat. Efek lapar.
Kemudian setelah dua
opener lokal, naiklah Aci Resti, sang juara SUCA 2 yang juga jadi opener tetap
sepanjang perjalanan tour 1/2 jalan. Kali ini, saya mencoba sekuat tenaga untuk
bisa fokus. Mungkin itu terjadi karena yang naik udah masuk kategori artis
kali, ya. Jadi kayak nggak rela kalau ketinggalan.
Meski susah untuk
membagi tenaga untuk menahan lapar dan memperhatikan comic yang tampil, seenggaknya
saya masih bisa menangkap dan menikmati apa yang Aci sajikan malam itu. Tentang
bapaknya yang berubah pasca Aci juara SUCA, pengalaman main film, serta
payudaranya yang kecil menjadi pembahasan sang juara SUCA malam itu.
Setelah Aci
merampungkan penampilannya, tibalah waktu bagi sang pemilik acara untuk tampil.
Seperti layaknya special show lainnya, penonton bersorai ketika Ernest
menampakkan dirinya. Ya, istilahnya, dia nggak ngomong apa-apa juga udah pecah
suasananya.
“Pernah nggak sih kalian mikir
pengen mati kapan?”
Sebuah kalimat yang
digunakan Ernest untuk membuka shownya. Agak ngeri juga sih pertama dengernya. Tapi
kemudian Ernest membuat topik seberapa lama manusia hidup menjadi sesuatu yang
jenaka. Nggak ngeri lagi. Justru lucu.
Banyak hal dibahas oleh
Ernest malam itu. Dari tentang betapa sumpeknya twitter saat ini, yang isinya
kebanyakan orang marah-marah, tentang betapa ribetnya jadi cewek, sampai
tentang ngajarin anaknya pipis.
Topik favorit saya
malam itu tentu saja ketika Ernest membahas Young Lex. Apalagi pas ada anak 14
tahun yang bilang kalau dia benci Young Lex karena alay, tapi pas ditanya
biasanya di youtube nonton siapa dia jawabnya Raditya Dika. Parah! Radit mah
alay juga. Hahaha.
Ernest menutup
penampilannya setelah sekitar satu setengah jam berdiri di atas panggung. Tepuk
tangan riuh terdengar ketika momen itu terjadi.
Oh, iya. Hampir lupa. Awalnya saya takut kalau acara tour 1/2 jalan di Jogja kemarin batal. Alasannya karena di minggu sebelumnya di Makassar acaranya batal karena di demo sama ormas. Dan untungnya hal itu nggak terjadi di Jogja. Semoga di kota-kota yang tersisa dari tour ini semuanya juga bisa berjalan lancar.
Emm, apa lagi, ya? Ah, saya tahu. Sebaiknya, kalau mau nonton acara stand up, apapun yang terjadi, usahakan untuk makan dulu. Pokonya jangan biarkan kamu berada dalam kondisi lapar.
Belum ada Komentar untuk "1/2 Jalan Ernest Prakasa Jogjakarta [Review]"
Posting Komentar