Awayday Sragen, Akhirnya Kembali Ke Tribun
22 Oktober 2014, masih
sangat jelas terekam dalam ingatan saya. Kala itu, di Stadion Manahan
berlangsung pertandingan 8 besar Divisi Utama yang mempertemukan antara tuan
rumah Persis Solo melawan sang tamu Martapura FC.
Bagi banyak orang, satu
hal yang paling tak terlupakan dari laga yang berakhir dengan skor 1-1 itu
adalah tentang apa yang terjadi setelah pertandingan berakhir. Ya, sebuah
kerusuhan yang mencekam terjadi. Bahkan saking mencekamnya, satu orang
supporter ditemukan meninggal dunia.
Bagi banyak orang,
mungkin kejadian itu adalah satu hal yang paling tak kan pernah terlupakan dari
pertandingan tersebut. Tapi, apa itu juga berlaku bagi saya? Rasanya tidak. Karena
ada hal lain yang lebih tak terlupakan. Ya, sebuah fakta bahwa pertandingan itu
adalah pertandingan terakhir di mana saya menghadirinya secara langsung di
stadion. Pertandingan terakhir di mana saya memberikan dukungan secara langsung
untuk Persis Solo, berdiri di tribun kemudian bernyanyi.
Setelahnya, saya sama
sekali tak pernah menginjakkan kaki di stadion lagi. Alasannya? Saya tidak
terlalu yakin. Namun, sepertinya saya mulai sedikit kehilangan minat terhadap sepakbola.
Hehe.
Seingat saya, dulu di
awal 2015 ada pemboikotan laga Persis Solo dari teman-teman Pasoepati. Dengan
cara tidak masuk ke stadion di kala Persis Solo bertanding. Jujur saya lupa
kenapa pemboikotan itu sampai terjadi. Tapi satu yang pasti, saya termasuk
orang yang ikut dalam pemboikotan. Dan sepertinya saya sedikit kebablasan dalam
pemboikotan itu. Jadi, ketika teman-teman yang lain sudah kembali ke stadion,
saya masih mengabaikan Persis Solo dengan dalih boikot. Hehe.
Entah mengapa saya
cukup yakin bahwa pemboikotan itu sedikit banyak memiliki pengaruh kenapa saya
tak pernah pergi ke stadion lagi. Seperti layaknya dua orang yang lama
terpisah, selalu ada dua kemungkinan, rindu atau justru lupa. Dan sepertinya,
lupa adalah hal yang terjadi kepada saya.
Jika saja ada orang
yang berkata bahwa saya tidak setia, saya sama sekali tidak peduli. Setidaknya di
masa lalu ketika banyak orang meninggalkan Persis Solo yang terus menerus kalah
dan mengalihkan dukungan ke Solo FC, saya masih pergi ke stadion untuk
memberikan dukungan untuk Laskar Sambernyawa.
Ah, kenapa saya jadi
bernostalgia? Lagipula, memangnya siapa yang peduli dengan kesetiaan saya
terhadap Persis Solo di masa lalu? Haha.
By
the way, dua
setengah tahun berselang dari tanggal 22 Oktober 2014, saya akhirnya kembali
datang ke stadion. Pada tanggal 30 April 2017, atau tepatnya 921 hari sejak
pertandingan antara Persis Solo melawan Martapura FC, saya kembali menginjakkan
kaki di atas tribun.
Memang, bukan Stadion
Manahan yang saya kunjungi. Melainkan Stadion Taruna Sragen. Dalam sebuah
partai di mana Persis Solo bertandang untuk menerima jamuan dari sang tuan
rumah Sragen United. Kalau dipikir-pikir agak gila juga, ya. Setelah hampir
tiga tahun tidak pergi ke stadion, sekalinya ke stadion pas pertandingan away.
Yah, meski awaynya cuma ke Sragen, sih. Hehe. Tapi, away tetaplah away.
Setelah pertandingan
antara Sragen United melawan Persis Solo di mana klub yang disebut terakhir
keluar sebagai pemenang usai, ada sebuah pertanyaan yang datang menghampiri
saya. Apakah saya akan kembali rutin untuk datang ke stadion? Jawabnya, saya
tidak tahu.
Lagipula, saya hanya
kembali ke tribun. Bukan benar-benar kembali ke Stadion Manahan. Mengacu pada
beberapa paragraf di atas, sudah 921 hari sejak saya terakhir kali datang ke
Manahan. Mungkin, ada baiknya digenapkan sekalian menjadi 1.000 hari. Hehe.
Belum ada Komentar untuk "Awayday Sragen, Akhirnya Kembali Ke Tribun"
Posting Komentar