Pengalaman Pertama Jadi Juri Stand Up Comedy
Kemarin, tanggal 10
November 2015, tepat di sebuah hari yang biasa kita kenal sebagai hari
pahlawan, aku kembali mendapatkan sebuah pengalaman yang benar-benar baru di
dalam hidupku. Sebuah pengalaman yang benar-benar tak terbayangkan sebelumnya.
Menjadi juri di sebuah kompetisi stand up comedy.
Jujur saja aku nggak
begitu tahu apa nama kompetisinya. Satu hal yang pasti adalah itu kompetisi di
kampus yang diselenggarakan oleh teman-teman dari FKIP Bahasa Inggris UMS.
Sumpah, benar-benar
nggak nyangka kalau aku bakalan jadi juri di kompetisi itu. Bahkan aku baru
tahu kalau aku jadi juri saat sekitar 2 jam sebelum kompetisi dimulai.
Sekitar jam dua belasan
siang, aku mendapat SMS dari Bang Rilo –salah satu teman dari komunitas Stand Up Comedy Kampus UMS-. SMSnya begini …
Rilo: Sal, ayo nonton
lomba stand up. Aku jadi juri. Biar ada temennya.
Aku: Jam berapa? Di
mana?
Rilo: Sekitar jam 2nan.
Di taman depan FKIP
Aku: Jurinya siapa aja?
Rilo: Aku thok.
Temenin.
Aku: Apa? Temenin?
Maksudnya … aku jadi juri? SIAP!!!
Rilo: Udah pokoknya ke
sini dulu aja.
Sekitar jam setengah
dua aku berangkat dari rumah menuju kampus. Waktu itu awannya gelap banget.
Mendung pekat istilahnya. Karena takut keburu hujan, terpaksa ngebut kayak Doni
Tata Pradita –eh, Doni Tata nggak jago-jago amat kali ya. Buktinya di Moto2
2013 dia posisi belakang melulu-.
Tapi pada akhirnya,
hujan yang kutakutkan malah benar-benar terjadi. Tepatnya pas aku baru sampai
di Colomadu hujan turun. Tapi karena udah dikejar waktu dan nanggung juga soalnya udah
dekat, akhirnya tetep nekat aja. Dan akhirnya aku basah walau nggak terlalu
kuyup.
Sampai kampus, langsung
deh cari lokasi di mana Bang Rilo saat itu berada. Pas ketemu langsung aja aku
tanyain …
Aku: Mas, ini beneran
aku jadi juri?
Rilo: Lha gimana? Masak
aku sendirian? Gampang deh, entar aku omongin ke panitia.
Lah … omongin ke
panitia? Berarti panitianya belum tahu dong kalau aku jadi juri? Wah bakalan jadi juri illegal nih kayaknya.
Akhirnya aku mengikuti langkah Bang Rilo untuk bertemu dengan mbak-mbak panitia. Sesampainya di sana …
Rilo: Mbak … nanti
jurinya ada berapa ya?
Masih nanya jurinya
berapa? Berarti Bang Rilo belum benar-benar paham kayaknya sama kompetisi ini.
Jadi agak ragu nih.
Mbak-mbak panitia: Ada
dua mas. Mas Rilo sama dosen satu.
Rilo: Loh, jurinya dua
tho?!
Ekspresi Bang Rilo
kaget. Bener kan. Dia nggak tahu kalau dia nggak sendiri. Beneran nggak beres
ternyata.
Mbak-mbak panitia: Iya
mas. Jurinya dua.
Rilo: Anu … gini mbak.
Kalau saya ajak temen saya jadi juri juga gimana mbak?
Mbak-mbak panitia itu
kemudian memandangiku dengan sinis. Lalu berbisik ke daun telinga Bang Rilo.
Seakan dia nggak mau ucapannya terdengar olehku.
Bang Rilo mengangguk
paham. Kemudian Bang Rilo ngomong ke aku …
Rilo: Gini … jadi
panitia nggak punya fee buat bayar juri satu lagi.
Lalu Bang Rilo berkata
pada Mbak-mbak panitia …
Rilo: Dia nggak dibayar
nggak papa kok mbak. Iya kan Sal?
Aku: Iya deh nggak papa
Mbak-mbak panitia: Ya
udah kalau gitu saya omongin ke temen-temen
Walau nggak dibayar,
kayaknya nggak rugi juga deh kalau nerima job jadi juri. Pertama, ini adalah
pengalaman pertama yang benar-benar baru. Kedua, udah terlanjur kehujanan.
Sebel aja kalau udah sampai kampus dan kehujanan tapi nggak ngapa-ngapain.
Dan akhirnya FIX. Aku
jadi juri.
Sekitar jam tiga, acara
dimulai. Molor satu jam dari rencana awal. Alasannya cuma satu. Apalagi kalau
bukan hujan.
Alhamdulillah pas jadi
juri lancar-lanjar aja. Nggak ada kendala apapun. Walau emang ada sedikit beban
juga sih. Karena harus fokus banget ke penampilan para peserta. Harus ngamatin
teknik apa aja yang dia gunain, LPM, deliverynya lancar enggak, mickingnya
gimana dan lain sebagainya.
Dan jujur hal paling
mendebarkan adalah saat aku harus kasih komentar ke penampilan peserta. Tapi
untungnya lancar dan terkendali. Kayaknya berkat pengalaman puluhan kali open mic, satu kali tampil di mini show, dan juga satu kali diundang –dibayar, dan
nggak lucu- untuk tampil di acanya orang. Eh, bentar … kalau jam terbangku
dihitung dari tiga hal itu … bukannya itu tergolong rendah ya?
Total ada 7 peserta
yang ikut. 4 cowok dan 3 cewek. Gila, ceweknya banyak juga ya. Tapi sayangnya
karena terlalu fokus sama penilaian jadi nggak sempat modusin.
Pas pulang ke rumah aku
teringat sesuatu dan nyesel. Kok tadi aku nggak promoin komunitas stand up comedy UMS ya? Hadeh … next time kalau jadi juri lagi pokoknya nggak boleh
lupa.
Oh iya. Seperti yang
aku bilang di awal. Pengalaman terlibat dalam sebuah kompetisi stand up comedy
adalah sesuatu yang benar-benar baru dalam hidupku. Sebelumnya aku sama sekali
belum pernah terlibat dalam kompetisi. Bahkan sebagai peserta sekalipun. Jadi
malah keren yah, sekalinya terlibat langsung jadi juri. Hahaha.
Dan kayaknya hal itu
membuatku mulai ragu untuk ikut kompetisi stand up di kampus. Kan sekarang aku
udah punya predikat pernah jadi juri. Nggak enak dong kalau pas tampil di
kompetisi kampus terus akunya nggak lucu. Masak juri nggak lucu.
Sebelum aku akhiri tulisan ini, kayaknya aku perlu berterimakasih sama Bang Rilo yang udah ngajakin jadi juri. Juga makasih buat Yoga yang udah fotoin.
Terakhir, kalau ada
kompetisi stand up di kampus lagi … aku mau kok jadi juri. Kalau peserta
kayaknya ogah ya. Jadi juri aja deh.
Belum ada Komentar untuk "Pengalaman Pertama Jadi Juri Stand Up Comedy"
Posting Komentar