Back To The Open Mic Stage



Dua hari yang lalu atau tepatnya pada malam tanggal 22 April 2016, setalah waktu yang cukup lama, akhirnya aku melakukannya lagi. Ya, setelah lebih dari 4 bulan, akhirnya aku kembali ke panggung open mic. Dan sekaligus menjadi penampilan stand up comedy pertamaku di tahun 2016. Memang sih cuman open mic. Tapi, itu bisa disebut come back nggak, sih? Ah, bodo amat. Anggap aja itu come back.

Sebenarnya awalnya aku nggak pengen libur open mic selama itu. Maksudku 4 bulan? Kelamaan. Ya awalnya sih mau libur sekitar 2-3 minggu aja. Tapi karena di awal tahun di Indonesia musimnya lagi musim hujan, alhasil jadi berbulan-bulan deh nggak open micnya.

Terus seiring waktu berjalan, intensitas hujan mereda. Berarti itu artinya kalau aku mau open mic, ya tinggal pergi ke tempat open mic terus open mic, deh. Nggak perlu mikir tentang hujan. Mungkin sederhana. Tinggal berangkat dan open mic. Tapi ternyata nggak gitu. Entah kenapa mulai ada rasa ragu. Kayak semacam takut gitu mau open mic lagi.

Mungkin akan ada yang nanya kayak …

“Kok takut kenapa?”

Gini. Sebenarnya kalau boleh jujur, aku adalah tipe orang yang seringnya takut duluan. Gampangnya gini, deh. Entah kenapa kayak aku itu gampang banget takut sama hal-hal yang belum terjadi. Semacam kekhawatiran yang berlebihan. Dulu aku sering ngalamin takut pas hari pertama masuk sekolah baru, hari pertama masuk kampus, bahkan kalau misal habis liburan lama terus masuk lagi, enggak tahu kenapa aku juga takut. Dan hal itu juga kejadian sama yang kemarin. Takut untuk open mic lagi. Aneh memang.

Aku takut bukan karena nggak punya materi lho, ya. Tapi karena ya takut aja. Dan di akhir Maret, aku sempat pergi ke tempat open mic. Apakah aku open mic? Enggak. Nonton doang. Aku belum punya cukup keberanian. Dan jujur aja jauh dalam lubuk hatiku aku pengen lawan ketakutan itu.

Dan terus dua hari yang lalu, setelah mengumpulkan keberanian, aku akhrirnya kembali naik ke panggung open mic. Berceloteh dengan mic yang ada di genggaman tangan. Jika kuingat, dalam perjalanan ke tempat open mic kemarin, pas naik motor entah kenapa aku mual. Kemudian aku berhenti di tepi jalan dan tahukah anda apa yang terjadi? Aku muntah.

Lalu aku berpikir apakah semua akan baik-baik aja? Kemudian pikiranku menerawang ke belakang. Jika kuingat lagi, bukannya dari dulu emang kayak gini? Ya, sejak dulu sebelum aku mau stand up, aku memang selalu mual. Bahkan di acara Majelis Tawa Mini Show aku sampai muntah dua kali. Kemudian  aku mikir lagi. Kayaknya semua akan baik-baik aja, deh. Maksudku, muntah? Nggak papa. Biasanya juga gini, kok.

Pas sampai di café tempat open mic, aku sempat ragu lagi. Tapi akhirnya kubulatkan tekad dalam hati. Pokoknya mau lucu atau ngebomb urusan belakangan. Yang penting open mic dulu aja. Merasakan kembali atmosfer open mic.

Dan saat nunggu giliran untuk tampil, entah kenapa rasanya itu deg-degan banget. Kemudian setelah banyak comic yang tampil, namaku disebut. Aku pun maju. Dan Alhamdulillah penampilanku malam itu lebih dari apa yang aku harapkan. Masih kayak dulu. Ya, aku tampil seperti sebagaimana mestinya aku yang biasanya tampil. Lega lah pokoknya.

Oh, iya. Sebenarnya kalau boleh jujur apa yang mendorongku kenapa aku pengen banget open mic lagi adalah karena beberapa hari yang lalu aku dengar sebuah kutipan dari Pandji Pragiwaksono. Bunyi kutipan atau quote itu adalah “Jangan pernah bunuh mimpi kamu karena mimpi tidak akan pernah mati. Dia hanya akan pingsan dan bangun lagi ketika kamu tua dalam bentuk penyesalan”. Begitulah kira-kira kalimatnya. Dan setelah aku pikir lagi, aku masih punya impian yang belum tercapai di stand up comedy. Itu aja, sih.

Dan terakhir, sebelum aku akhiri postingan ini, aku mau bilang sesuatu. Aku nggak akan bilang kalau aku sukses dapat tawa atau apapun malam itu. Aku cuma mau berkata kalau ternyata aku bisa juga sukses mengalahkan rasa takutku.

Belum ada Komentar untuk "Back To The Open Mic Stage"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel