Catatan Kuliah Semester 5, Karma Dan Tugas Kelompok
Percaya karma? Untuk
beberapa alasan, saya nggak percaya. Pertama, saya bukan Hindu. Jadi, saya
nggak memiliki kewajiban untuk percaya sama hal-hal seperti itu. Kedua, entah
kenapa saya merasa kalau konsep karma itu sedikit aneh. Ah, atau lebih tepatnya
saya nggak terlalu ingin peduli dengan hal-hal seperti itu.
Seenggaknya, itu adalah
sesuatu yang saya yakini. Hingga akhirnya datang banyak hal yang membuat saya
sedikit ragu terhadap apa yang saya yakini sebelumnya. Sesuatu yang datang
secara bertubi-tubi di semester ke-5 saya berkuliah. Sesuatu yang disebut
dengan tugas kelompok.
Tugas kelompok?
Ya, tugas kelompok.
Semua orang saya rasa juga akan setuju kalau saya bilang tugas yang diberikan
oleh dosen di masa kuliah adalah sesuatu yang sangat mengerikan bagi mahasiswa.
Emm, mungkin saya sedikit berlebihan. Bukan, bukan mengerikan. Mungkin akan
lebih tepat jika disebut menjengkelkan.
Entah tugas itu
dibebankan untuk individu atau kelompok, bagi saya keduanya tetap saja
sama-sama merepotkan. Dan entah kenapa di semester 5 ini para dosen yang mata
kuliahnya saya ambil seolah saling berlomba untuk memberi tugas.
Nggak sedikit dosen
yang memberi tugas kelompok. Atau, kayaknya memang lebih banyak dosen yang
memberi tugas kelompok daripada untuk yang individu. Dan mungkin kamu akan
berpikir tentang bukankah tugas kelompok itu lebih mudah karena dikerjakan
bersama? Harusnya sih begitu. Tapi faktanya …
***
MATA KULIAH SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN
Di awal semester dosen
memberi kami tugas kelompok. Satu kelompok berisi 4 orang. Tugas yang diberi
oleh dosen itu adalah membuat paper dan presentasi. Dengan kelompok yang diisi
oleh 4 orang, harusnya tugas itu terlihat
mudah. Ya, seharusnya sih begitu.
Tapi, dari awal saya
sudah merasakan tanda-tanda bahwa ini akan menjadi tugas yang sulit. Ya, saya
tergabung dalam kelompok yang isinya cuma 3 orang saja. Memang, saya nggak
memiliki cukup daya tarik untuk membuat orang lain mengajak saya untuk masuk ke
dalam kelompoknya. Jadi, meski cuman 3 orang, harus disyukuri karena seenggaknya
tetap dapat kelompok, lah.
Kayaknya saya harus
memperkenalkan anggota kelompok yang hanya 3 orang itu, deh. Yang pertama saya
sendiri alias yang punya blog ini. Kedua, teman saya namanya Rendy. Anak
perantauan alias anak kos-kosan. Seperti anak kos pada umumnya, Rendy ini punya
masalah dengan bangun pagi. Dan yang jadi persoalan adalah … kuliah Sistem
Informasi Manajemen jadwalnya pagi! Ah, sebenarnya nggak pagi-pagi banget, sih.
Jam 10. Jadi, kalau si Rendy ini nggak bisa bangun pagi, dia nggak akan masuk
kuliah.
Terus yang ketiga ada
si Dhani. Dia bukan anak kos, sih. Tapi bukan berarti rumahnya dekat. Justru
rumahnya cukup jauh. Katanya sih butuh 45 menit perjalanan. Dan karena rumahnya
jauh, si Dhani jadi sering nggak masuk kuliah. Katanya sih males.
Berada satu kelompok
dengan dua orang yang satunya susah bangun terus kalau kesiangan nggak masuk
kuliah dan yang satunya lagi karena rumahnya jauh jadi males terus jarang
kuliah. Nah, kebayang kan gimana kerennya kelompok saya? Tebak apa yang
terjadi? Yap, tepat! Saya yang kerjain sendirian tugasnya.
Keren, kan? Keren,
dong. Tapi ada yang lebih keren. Yang lebih keren adalah si Dhani nggak datang
pas kelompok kami presentasi. Jadi saat kelompok lain presentasi dengan formasi
4 orang, saya cuman berdua. Udah mirip kayak homo di depan kelas.
***
MATA KULIAH METODOLOGI
PENELITIAN ……… [Saya lupa lanjutannya]
Di mata kuliah ini,
lagi-lagi dibagi kelompok. Dan lagi-lagi disuruh presentasi. Setiap kelompok
terdiri dari 6 orang. Dan yang keren adalah … saya nggak masuk pas pembagian
kelompok. Jadi satu minggu selang hari di mana kelompok dibagi, saya akhirnya
berkumpul dengan orang-orang lain yang juga belum dapat kelompok. Dan akhirnya
kelompok baru pun tercipta. Entah kenapa bagi saya kelompok ini mirip kayak
semacam kelompok orang-orang sisa.
Anggotanya cuman 4
orang. Dari yang normalnya satu kelompok terdiri dari 6 orang, kami cuman 4.
Yah, namanya juga orang sisa.
Oh, iya. Pas setiap ada
kelompok yang baru terbentuk seperti ini, pasti akan ada satu orang yang sok-sokan
jadi leader. Biasanya dia akan minta kontak dari seluruh anggota kelompok. Lalu
sok-sokan nanya dengan kalimat “kapan nih ngerjainnya?”. Dan kebetulan
dikelompok saya juga ada yang seperti itu. Saya agak lega juga, sih. Karena itu
artinya saya nggak akan ngerjain tugas kelompok ini sendirian.
Tapi, namanya juga
sok-sokan jadi leader. Terlihat meyakinkan di pertemuan pertama dan kemudian …
tebak apa yang terjadi? Dia nggak pernah terlihat lagi di kuliah Metodologi
penelitian. Singkatnya, dia nggak pernah berangkat lagi.
Dari sini saya mulai
berpikir bahwa nampaknya bencana akan hadir kembali.
Selain si sok leader, kelompok
kami anggotanya adalah satu orang kakak tingkat yang nampaknya cukup rajin.
Kemudian satu lagi si Rendy, orang yang muncul beberapa paragraph di atas.
Minggu demi minggu
terlewati. Sang leader benar-benar nggak pernah berangkat lagi. Dan kelompok
kami belum juga segera mengerjakan tugas itu. Meski nggak pernah berangkat dan
kayaknya juga nggak bakalan berangkat lagi, tapi nggak tahu kenapa kami yang
belum juga mengerjakan tugas itu kayak seolah menantikan hadirnya sang leader
kembali.
Waktu terus berjalan
dan akhirnya hari presentasi pun semakin mendekat. Kami belum juga mengerjakan
tugasnya. Sang leader juga nggak pernah berangkat. Saya pengen ngerjain nggak
punya bukunya. Mau ngerjain bareng-bareng nggak punya kontak anggota yang lain
karena yang punya kontak anggota kelompok cuman sang leader yang menghilang.
Satu-satunya yang saya
punya cuma kontaknya Rendy. Tapi, pas dia saya hubungi mau saya ajak ngerjain
dia bilang kalau dia sakit dan posisinya ada di Temanggung –kami kuliah di
Solo-. Padahal itu H-3 presentasi. H-2 presentasi saya dia hubungi dan katanya
masih sakit. H-1 juga tak ada perubahan. Saat itu, saya pasrah. Mau dapat nilai
jelek juga bodo amat, lah.
Dan di hari H, akhirnya
si Rendy sembuh dan bisa balik ke Solo lagi. Tapi percuma karena kalau mau
ngerjain juga udah terlambat. Udah nggak mungkin sempat. Akhirnya di hari itu
saya ketemu sama Rendy dan terjadi percakapan.
Saya: Tugas presentasi
gimana, nih?
Rendy: Lha gimana? Apa
kita kerjain sekarang? Siapa tahu masih sempat.
Saya: Udah nggak
mungkin sempat.
Rendy: Terus gimana?
Saya: Kita pasrah aja.
Rendy: Jangan.
Eman-eman. Entar kalau nilainya jelek gimana? Ah, aku punya ide!
Saya: Ide?
Rendy: Entar pas kuliah
Metodologi penelitian kita tunggu Mas kakak tingkat di depan kelas. Siapa tahu
dia udah ngerjain.
Akhirnya saya menerima
usulannya. Dan kami pun akhirnya menunggu mas kakak tingkat. Siapa tahu dia
beneran ngerjain. Kalau dia juga nggak ngerjain atau dia nggak datang berarti
kami akan pulang.
Waktu yang ditunggu
tiba. Kami bertemu dengan mas kakak tingkat di depan kelas. Dan bagai mendapat
mukjizat ternyata mas kakak tingkat udah ngerjain. Dramatis!
Akhirnya kami bertiga
presentasi. Bertiga. Ya, hanya bertiga. Dari kelompok yang normalnya diisi oleh
6 orang kami cuman bertiga.
Kalau dipikir-pikir,
entah kenapa tugas kelompok di semester ini begitu berat.Awalnya saya berpikir
mungkin ini hanya kebetulan hingga akhirnya saya ingat bahwa saya dulu pernah …
***
SEMESTER 4, MATA KULIAH
PRAKTIKUM KEWIRAUSAHAAN
Saya masih ingat di
mata kuliah itu kami disuruh untuk membuat kelompok berisi 5 orang. Akhirnya saya
dapat 2 orang hingga jumlah kami akhirnya menjadi 3. Dua orang itu namanya
Luthfi dan Rendy (lagi-lagi dia). Karena jumlah kami sudah 3, berarti idealnya
kami kurang dua orang lagi.
Dan karena saya adalah
tipe orang yang malas kalau repot, saya punya ide bahwa 2 orang yang akan
bergabung dalam kelompok kami harus cewek. Soalnya kan cewek biasanya rajin. Akan
jadi masalah kalau kelompok kami cowok semua. Si Rendy setuju. Tapi Luthfi
kayak nggak begitu setuju. Kata si Luthfi, cewek itu nggak kreatif. Tapi bodo
amat sama Luthfi. 2 lawan 1. Jelas 2 yang menang.
Akhirnya karena Rendy
punya teman cewek lebih banyak dari yang lain, dia mulai melakukan agresi untuk
mencari anggota cewek. Dan akhirnya … nggak dapat. Memang sih Rendy nggak dapat
dua anggota cewek. Tapi, bukan berarti dia gagal total. Karena situasinya
justru berubah.
Ya, situasinya berubah.
Rendy punya teman cewek yang bikin kelompok dan baru dapat 3 anggota yang cewek
semua. Dan justru si cewek ini malah ngajakin Rendy buat gabung. Karena mereka
udah punya 3 anggota, berarti mereka hanya butuh 2 aja.
Singkat kata, Rendy
meminta pendapat saya. Saya sendiri juga sedikit bingung. Kenapa? Karena gini. Kalau
saya masuk kelompok cewek itu, hidup saya pasti akan tenang karena tugas pasti
udah dihandle sama cewek-cewek. Tapi karena mereka hanya butuh dua orang, jika
saya dan Rendy bergabung ke kelompok itu berarti kami akan meninggalkan Luthfi
sendirian.
Agak berat, nih. Antara
harus milih persahabatan atau kenyamanan hidup karena nggak usah mikirin tugas
kelompok. Dan akhirnya keputusan yang saya dan Rendy pilih adalah bergabung
dengan kelompok cewek dan meninggalkan Luthfi sendirian. Kejam banget, ya.
***
Saya menduga alasan
kenapa di semester 5 ini ketika saya –dan Rendy tentunya- seperti kesulitan
ketika mendapat tugas kelompok adalah buah dari apa yang kami lakukan di
semester 4. Di semester ini, ketika yang lain presentasi ber-4, kami hanya
ber-2. Ketika yang lain presentasi ber-6, kami hanya ber-3.
Mungkinkah itu adalah
balasan dari apa yang pernah saya dan Rendy lakukan terhadap Luthfi? Dan
mungkinkah karma itu benar-benar ada? Entahlah.
nilaiku oleh E lurr semester 5 iki goro2 telat gk oleh melu UAS ditambah dosen e ora nompo ujian susulan bajirott nan pen misuh
BalasHapuswkwkwkwk... misuh wae mas rapopo. lepaskan 😂😂😂
Hapus