Tragedi Nilai E



sujadi
Tragedi nilai E. Ya, seperti itu aku menyebutnya. Sebuah peristiwa yang bisa kusebut sebagai hal terburuk yang pernah terjadi padaku selama aku berkuliah.

Mendapat nilai E adalah tragedi? Mungkin kalian akan bertanya seperti itu. Tapi … percayalah padaku bahwa mendapat nilai E adalah sesuatu yang benar-benar buruk. Memang secara fisik itu tidak akan memberikan dampak apapun pada dirimu. Tapi secara mental itu benar-benar mengerikan. Alasan kenapa aku berkata seperti itu adalah karena aku pernah merasakannya sendiri.

Di semester kedua kuliahku di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang kujalani di periode paruh pertama tahun 2015 aku merasakan betapa mengerikannya nilai E. Tepatnya untuk mata kuliah Makroekonomi Pengantar. Dengan dosen yang bernama Sujadi. Seorang dosen yang namanya memang melegenda di kalangan mahasiswa Manajemen FEB UMS.

Ketika semester dua telah berakhir, seperti yang dilakukan oleh mahasiswa lain pada umumnya aku mengecek website sia.ums.ac.id untuk mengetahui seperti apa nilaiku pada semester itu. Dan betapa terkejutnya diriku ketika aku mendapati ada satu nilai E yang terpampang di sana.

Ok. Sejak awal aku memang telah menduga jika nilaiku tidak akan sebagus di semester sebelumnya. Tapi … nilai E? Ini benar-benar buruk. Nilai E itu artinya 0. Artinya aku tidak lulus. Bahkan itu bisa berarti bahwa semua hal yang kulakukan di jam kuliah Sujadi untuk mata kuliah Makroekonomika Pengantar sama sekali tak ada artinya.

Aku benar-benar shock waktu itu. Aku merasa semua yang telah kulakukan berakhir dengan sia-sia. Uang yang kukeluarkan untuk membayar SKS, waktu yang terbuang saat aku mengikuti perkuliahan … semuanya terasa sia-sia. Harus kuakui bahwa aku benar-benar merasa marah waktu itu.

Tapi aku sadar bahwa aku tak bisa terus-menerus terpuruk dalam keadaan seperti ini. Sejenak aku berusaha menenangkan diri. Walau itu terasa benar-benar sulit untukku.

Aku berbaring di tempat tidur sambil memejamkan kedua mataku. Sejenak aku teringat kembali kepada sebuah kalimat yang dulu pernah aku yakini.

HIDUP ADALAH PILIHAN. TAPI, AKAN SELALU ADA SEBUAH DAMPAK DARI PILIHAN YANG KITA TENTUKAN.

Ya. Manusia selalu dihadapkan pada sebuah atau bahkan bisa beberapa pilihan sekaligus dalam hidupnya. Dan setiap pilihan yang ditentukan akan menghasilkan sebuah konsekuensi. Selalu ada dampak yang terjadi dari pilihan yang kita ambil.

Kemudian aku mencoba mengingat kembali apa saja yang telah kulakukan ketika mengikuti kuliah Sujadi selama satu semester yang lalu.

Aku ingat ketika Sujadi memberikan sebuah tugas aku tak pernah mengumpulkannya.

Aku ingat aku selalu datang terlambat di jam kuliahnya Sujadi.

Aku ingat aku pernah sekali atau dua kali bolos kuliahnya Sujadi.

Aku ingat ketika Sujadi menjelaskan materinya aku selalu duduk dibelakang dan mendengarkan musik dari headsetku.

Aku ingat karena sangat bosan waktu kuliahnya Sujadi aku ijin ke kamar mandi dan tak kembali padahal kuliah baru berlangsung sekitar 20 menit.

Aku ingat ketika ujian aku tidak mengerjakan satu soal pun. Hanya menulis “Maaf pak saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini” di lembar jawab yang disediakan.

Aku ingat semuanya. Tidak mengumpulkan tugas, datang terlambat, bolos, dan lain sebagainya adalah pilihan yang kuambil waktu itu.

Kenapa aku menyebut itu sebagai pilihan yang kuambil? Karena pada faktanya sebenarnya aku bisa saja memilih sebaliknya. Aku bisa saja memilih untuk mengumpulkan tugas, datang lebih awal, atau mencoba untuk lebih rajin. Tapi sayangnya itu bukanlah pilihan yang aku ambil.

Dan pada akhirnya aku mulai menyadari bahwa nilai E adalah dampak dari pilihan yang kutentukan sendiri. Nilai E adalah nilai yang cukup adil jika aku melihat apa yang telah kuperbuat selama satu semester bersama Sujadi.

Nilai E memang sesuatu yang mengerikan. Tapi menyesal pun tak ada gunanya. Kurasa introspeksi adalah satu kata yang harus kulakukan.

Untuk Sujadi … terima kasih banyak karena engkau telah membuatku sadar bahwa aku harus lebih bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan ketika menentukan suatu pilihan.

9 Komentar untuk "Tragedi Nilai E"

  1. Mas Faisal Riza, hehe sangar :DD Aku dah berjuang keras Di makul Statika Struktur latihan di perpus lt 3. Tugas juga dikumpulkan Tapi juga Gk lulus. Trus aku ambil PPK, pas ambil ppk Tugas dah aku kumpulin, ada yang satu ngumpulin telat. Pas Kuis Aku lg dikerokin jd ngk bisa berangkat. Garap soal juga dah aku garap walaupun mungkin persamaanya kurang Pas juga fapat E, hadooohhh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sabar aja mas. Masa kuliah nggak akan lengkap kalau kita belum pernah dapat nilai E. hehehe

      Hapus
  2. SEMESTER INI SAYA DAPAT NILAI E PKN
    GARA-GARA LUPA KUMPUL LEMBAR JAWABAN UJIAN ��
    ANTARA STRESS DAN INGIN KETAWA ��
    AKU SEARCH GOOGLE "NILAI E" BIAR RASA SAKIT MEREDAM

    Besok mungkin aku akan kekampus, siapa tau masih bisa di perbaiki

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih bingung tentang bagaimana bisa lupa kumpulin lembar jawaban ujian. hehe. tapi, semoga tetep bisa diperbaiki

      Hapus
  3. Saya baca postingan ini dan sedih banget
    Semester ini saya dapat nilai D dalam salah satu mata kuliah yang artinya galulus. Padahal saya selalu rajin kuliah. Saya down,stress,saya merasa diri saya gak berguna,bodoh, goblok, bego dan kata kata itu yang pantas buat saya. Gaada semester pendek yang artinya saya harus mengulang. Sakit memang tapi ya mau bagaimana? Sudah terjadi

    BalasHapus
    Balasan
    1. sabar ya kak. emang berat sih kalo gaada semester pendek. untung di kampus saya kalo masi bisa ikutan semester pendek. kalo E baru gabisa

      Hapus
  4. gw juga ada cerita nih sedikit
    waktu uas gw pernah ketauan nyontek , gw bawa catetan, terus catetan gw diambil. apa bener nilai matkul yg bersangkutan auto e ?

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel