AFF Cup 2016: Antara Mitos Tak Valid Dan Otak-Atik Ra Gathuk



Mitos adalah sesuatu yang rasanya sangat melekat dengan bangsa Indonesia. Apalagi saya sebagai orang Jawa, mitos terasa sangat-sangat melekat di lingkungan saya. Apa-apa dijadiin mitos. Dari yang sepele seperti kalau makan nasinya harus dihabisin atau kalau enggak nasinya bakal menangis. Sampai mitos yang agak horor kayak kalau ke pantai parangtritis Jogja pakai baju hijau akan diculik oleh Nyai Roro Kidul.

Dan karena saking melekatnya mitos dengan kehidupan kita, sampai-sampai di kejuaraan sepakbola antar negara di kawasan Asia Tenggara atau yang biasa kita sebut dengan AFF Cup yang baru saja rampung kemarin dengan Indonesia menjadi runner-up ternyata ada juga mitosnya.

Sebenarnya saya tahu mitos itu dari teman saya yang namanya Tommy. Jadi gini, pertama kita harus sepakati dulu fakta bahwa permainan Timnas Indonesia di AFF Cup 2016 kemarin nggak bagus-bagus banget. Meski bisa jadi tim terbaik kedua, entah kenapa bagi saya permainannya nggak menghibur. Ah, sebenarnya saya cuma nggak tega kalau mau bilang jelek. Pokoknya intinya nggak bisa disebut bagus, lah.

Dan karena permainan Timnas nggak bagus-bagus amat, jelas sebagai manusia normal saya pesimis dong kalau Timnas bisa melaju sampai jauh. Tapi ketika saya merasa pesimis, justru teman saya Tommy entah kenapa sangat-sangat optimis dengan apa yang akan diraih oleh Timnas Indonesia. Dan inilah percakapan yang terjadi antara saya dan Tommy ketika membicarakan Timnas dan AFF Cup. Sekedar catatan percakapan ini terjadi ketika Indonesia masih berjuang di babak group.

Saya: kira-kira yang juara AFF Cup siapa, Tom?

Tommy: Indonesia.

Saya: Kayaknya nggak mungkin, deh.

Tommy: Kita sebagai rakyat Indonesia harus yakin.

Saya: Kalau saya sih kayaknya Thailand.

Tommy: Thailand nggak mungkin juara.

Saya: Loh, kok bisa? Thailand mainnya bagus lho. Menang terus pula.

Tommy: Kutukan, bro.

Saya: Kutukan?

Tommy: Kalau Teerasil Dangda jadi top scorer, Thailand nggak mungkin juara.

Saya nggak tahu itu si Tommy dapat mitos dari mana. Tapi yang pasti di akhir kejuaraan faktanya Teerasil Dangda memang sukses mencatatkan dirinya sebagai top scorer kompetisi. Lalu bagaimana nasib tim Thailand? Seperti yang kita semua tahu mereka keluar sebagai juara. Mitos yang tidak valid ternyata.

Selain mitos, orang Jawa juga senang banget sama yang namanya otak-atik gathuk. Buat yang belum tahu, otak-atik gathuk itu kayak semacam mengaitkan sesuatu sama sesuatu yang lain yang sebenarnya nggak berhubungan. Dan lagi-lagi, kiprah timnas merah putih di AFF Cup juga diotak-atik gathuk.

Ya, perjalanan Timnas di AFF Cup diotak-atik gathukkan dengan prestasi Portugal yang berhasil menjadi juara di gelaran Euro tahun ini. Saya pertama kali mendengar tentang itu waktu saya futsal bersama teman-teman kampus saya. Ketika kami mulai ngobrol tentang Timnas dan Piala AFF, tiba-tiba ada satu yang bilang kalau Timnas Indonesia itu kayak Portugal di Euro 2016. Sekedar catatan waktu itu ketika obrolan berlangsung, Timnas ada di babak semi final.

Awalnya saya bingung juga kok bisa kayak Portugal. Tapi setelahnya saya tahu ada beberapa faktor yang membuat Timnas disama-samakan dengan Portugal. Jersey yang sama-sama warnanya merah, main nggak bagus dan dipandang sebelah mata tapi bisa melaju jauh, dan terus … apa lagi, ya?

Kemudian otak-atik gathuk itu semakin menjadi ketika Indonesia lolos ke final. Lawannya Thailand. Jerseynya biru. Indonesia merah lawan Thailand biru. Udah mirip banget kayak Portugal merah yang waktu itu lawan tuan rumah Prancis yang jerseynya biru.

Saya kira masyarakat akan kehabisan bahan untuk mengotak-atik gathukkan antara Indonesia dengan Portugal. Ternyata saya salah. Pas pertandingan final leg pertama berlangsung, Andik cidera di awal laga dan harus ditarik keluar. Lagi-lagi ini mirip kayak yang terjadi sama Portugal yang harus kehilangan Ronaldo karena cidera di awal laga.

Namun sayangnya, hasil yang didapat oleh Indonesia di final AFF Cup nggak benar-benar semenggembirakan apa yang didapat oleh Portugal di Euro 2016. Hingga akhirnya, Indonesia AFF Cup 2016 dan Portugal Euro 2016 menjadi sebuah otak-atik sing ra gathuk.

Tapi bagaimanapun juga, kita tetap harus menghargai perjuangan Timnas Indonesia di ajang AFF Cup 2016. Meski banyak halangan, Timnas tetap bisa melaju sampai final. Meski baru bangun dari tidur panjang setelah dibekukan selama setahun. Belum lagi aturan satu tim yang hanya boleh menyetor dua pemain. Keren nggak, tuh?   

Belum ada Komentar untuk "AFF Cup 2016: Antara Mitos Tak Valid Dan Otak-Atik Ra Gathuk"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel