Masa Lalu, Tentang Semua Yang Mulai Berubah
Masa lalu …
Aku selalu meyakini bahwa akan banyak hal yang
berubah seiring dengan berjalannya waktu. Mulai dari apa yang bisa kita lihat
hingga sesuatu yang tak kasat mata, seperti perasaan. Ya, semua akan berubah,
seakan melangkah meninggalkan masa lalu. Hingga pada akhirnya, masa lalu hanya
akan bertahan menjadi sebuah kenangan. Atau bahkan sesuatu yang mungkin akan
terlupakan.
Hah
…
Aku menghembuskan napas tera~ ah, maaf. Kurasa aku
membuat kesalahan. Bukankah menghembuskan napas terakhir biasa digunakan untuk
menyebut orang yang baru saja meninggal dunia? Baiklah, mungkin akan lebih
tepat jika aku berkata … aku menghela napas panjang.
Pagi ini adalah sebuah pagi kesebelas milik bulan
januari 2016. Sebuah pagi yang kuisi dengan aktifitas standar ketika di
kampusku sedang ada ujian. Apalagi kalau bukan membuat contekan. Aku tahu
aktifitas membuat contekan memang terdengar sangat hina. Tapi, percayalah aku
tidak melakukan itu di setiap mata kuliah, kok. Hanya saja, hari ini adalah
giliran dari mata kuliah Statistik yang diujikan kepadaku. Kalian harus tahu,
Statistik adalah mata kuliah yang benar-benar mengerikan.
Di suasana kamar yang tenang dan sepi, ketika
kebosananku pada aktifitas membuat contekan seolah memuncak, aku memutuskan
untuk mengecek blog ini. Walau aku tahu biasanya sepi, tapi aku tetap berpikir
siapa tahu ada orang yang meninggalkan sebuah komentar di salah satu
postinganku.
Dugaanku tak meleset, ada komentar baru yang
bersarang di blogku. Sebuah komentar yang berasal dari orang yang seolah tidak
mau diketahui identitasnya. Anonym. Ya, walau sebenarnya aku cukup yakin orang yang
berkomentar itu adalah kamu. Seorang gadis yang dulunya adalah teman SMPku. Kamu,
gadis yang mengaku anti-sosial hingga tidak sadar ketika tetangganya meninggal.
Komentar itu, sebuah komentar berisi link sebuah
blog lengkap dengan perintah untuk membacanya. Tidak, maksudku … lengkap dengan
larangan untuk tidak tertawa setelah membacanya.
Tanpa membuang waktu, aku segera meluncur menuju
link itu. Ketika blog itu mulai muncul di layar tabletku, aku segera memastikan
satu hal. “Ternyata benar, blog ini
memang milik kamu,” gumamku setelah aku benar-benar memastikan hal itu.
Dan beberapa detik setelahnya, mataku mulai fokus membaca
sebuah postingan di blog itu. Sebuah postingan yang entah kenapa rasanya
ditujukan untukku. Sebuah postingan berjudul ... kurasa aku tidak bisa
memberitahukannya di sini.
Postingan itu … bercerita tentang masa lalu. Seolah
membawaku kembali mengenang apa yang pernah terjadi antara aku dan kamu. Ya,
benar. Bukan kita. Tapi, antara aku dan kamu. Karena pada faktanya, memang
tidak pernah ada kata kita antara aku dan kamu.
Aku terus membaca postingan itu hingga selesai. Pada
akhirnya, aku menyadari bahwa banyak hal yang telah berubah. Ya, setidaknya
pada diriku. Dan entah kenapa aku juga yakin kamu pasti merasakan hal yang sama
pada dirimu.
Pada awalnya aku sedikit ragu apakah postingan itu
benar-benar ditujukan untukku. Maksudku, tentang anak? Hah? Anak? 11 anak, atau
3 anak? Jujur saja aku tidak merasa pernah membicarakan hal semacam itu.
Maksudku, apakah aku benar-benar pernah membicarakan hal sememalukan itu?
Kemudian kamu menulis tentang bola. Di paragraph itu
aku mulai sedikit percaya bahwa postingan itu sepertinya memang ditujukan
untukku.
Ya, aku ingat itu. Kamu suka Manchester United.
Sementara aku Real Madrid dan Tottenham Hotspur. Aku juga ingat momen ketika
menemanimu bergadang saat Manchester United bertanding. Walau seringkali
sebelum pertandingannya selesai, kamu sudah lebih dulu tertidur.
Tapi sejauh ingatan yang tersimpan di memoriku, kok
aku tidak pernah ingat ya kalau kamu pernah menemaniku bergadang saat Tottenham
hotspur bertanding? Hehe.
Tapi, itu tinggal kenangan. Hal itu sudah berubah.
Sekarang aku bukan lagi penggila bola. Terakhir kali aku pergi ke stadion
adalah di suatu sore pada bulan Oktober 2014. Dan aku yakin, sekarang kamu juga
bukan lagi pecinta bola. Bahkan aku yakin kamu sudah berhenti bergadang untuk
menonton sepakbola jauh sebelum aku melakukannya.
Lalu kamu juga menulis tentang insomnia. Kamu
berkata bahwa aku adalah orang dengan insomnia terparah yang pernah kamu temui.
Kamu juga berkata jika aku adalah satu-satunya orang yang akan kamu hubungi
saat kamu terkena imsomnia.
Aku juga ingat itu. Kamu tahu? Setelah aku
ingat-ingat kembali, aku juga selalu berusaha menghubungimu ketika aku terkena
imsomnia. Meski jika aku ingat kembali, sepertinya waktu itu aku selalu
mengalami insomnia setiap hari.
Tapi, itu tinggal kenangan. Hal itu juga telah
berubah. Aku bukan lagi orang yang mengidap insomnia terparah. Bahkan saat ini,
jika aku tidur terlalu larut –lebih dari jam 10- selama dua hari beruntun, bisa
dipastikan di hari selanjutnya aku akan masuk angin. Sebenarnya itu juga alasan
kenapa sehari setelah sebuah malam yang kulewatkan dengan open mic, aku akan
menghabiskan hariku dengan beristirahat total.
Aku tahu kamu juga pasti berubah. Saat ini, ketika
kamu mengalami insomnia, aku yakin ada orang lain yang akan kamu hubungi.
Setelah itu, musik. Aku benar-benar tidak menyangka
kamu berkata ingin mendengarkanku bernyanyi. Jika saja dulu kamu mengatakan itu
padaku, mungkin aku bisa membuat sebuah lagu untuk kamu. Dan bahkan, kita bisa
bernyanyi bersama.
Hah … tapi semua pasti sudah berubah. Aku yakin kamu
sudah tidak membutuhkan itu lagi.
Lagipula sepertinya aku juga berubah. Akhir-akhir
ini kurasa aku mulai jarang berinteraksi dengan gitarku.
Kemudian kamu menulis jika kamu ingat aku selalu
mengirimimu SMS sekitar jam setengah delapan malam. Ya, aku juga ingat itu.
Maksudku, aku tidak ingat dengan detail jam berapa aku mengirimimu SMS. Hanya
saja aku masih ingat jika kita sering
saling bertukar SMS saat itu. Mungkin hampir setiap saat.
Lalu kamu berkata bahwa karena hal itu, kamu
berusaha untuk belajar lebih awal. Aku memejamkan mataku. Mencoba mengingat
kembali kejadian di masa lalu. Siapa tahu ternyata aku juga melakukan hal yang
sama. Dan setelah berusaha sedikit keras, akhirnya aku ingat, ternyata aku sama
sekali tidak pernah belajar.
Kamu juga berkata walau kita sering bertukar SMS,
bukan berarti kita benar-benar dekat ketika berada di sekolah.
Kamu tahu? Saat aku bertukar SMS denganmu, entah
kenapa itu terasa menyenangkan. Tidak, maksudku lebih seperti nyaman. Kemudian
aku pernah berpikir untuk setidaknya mengajakmu berbicara di kelas. Dan entah
kenapa, kamu selalu menjawab pertanyaanku dengan jawaban yang seolah tidak
tertarik dengan topik yang kulontarkan. Tahukah kamu? Itu membuatku merasa sedikit
canggung.
Aku ingat, waktu itu Tottenham Hotsur kalah dengan
skor 2-1 di kandang Manchester United. Esok paginya, aku berjalan mendekat ke
bangkumu. Lalu mencoba untuk memberikan selamat. Aku sangat ingat kamu hanya
menjawab dengan kata “Oh”.
Apa kamu masih ingat, ketika kita kelas tiga, di jam
pelajaran geografi, Pak Saimun pernah menyewa sebuah bus dan membawa kita ke
gunung madu. Waktu itu, setelah perjuangan yang berat menuju puncak, kamu
terduduk dengan pandangan yang tertuju ke sebuah tempat yang sepertinya sangat
jauh.
Aku tidak tahu apakah kamu menyadarinya atau tidak.
Tapi, waktu itu aku duduk di sampingmu … ah, maksudku sekitar satu meter atau
mungkin lebih sedikit di sampingmu. Aku lupa apakah waktu itu ada percakapan
yang terjadi di antara kita. Satu hal yang masih kuingat adalah, untuk beberapa
kali aku mengarahkan pandanganku ke wajahmu yang terus saja melihat ke
kejauhan.
Kamu mungkin lupa. Tapi, waktu itu kamu pernah
membuat status di Facebook yang menyebutkan bahwa ada seseorang di kelas yang
kamu sukai. Aku pernah bertanya tentang hal itu. Tapi kamu tidak pernah
menjawabnya. Ya, aku tidak pernah mendapat jawaban dari pertanyaan itu dari
kamu.
Meski waktu itu mungkin kamu tahu jika aku menyukai
seseorang, tahukah kamu waktu aku menyakan hal itu kepadamu … entah kenapa aku
berharap kamu akan menjawab dengan menyebut namaku.
Beberapa bulan berganti. Kita lulus SMP dan memulai
hari yang baru di SMA masing-masing. Aku ingat waktu itu aku mendapat kabar
dari Yudha kalau kamu jadian dengan Paijo. Dan fakta itu seolah menjawab
pertanyaan yang pernah kulontarkan padamu. Sebuah pertanyaan yang tidak pernah
kamu jawab secara langsung.
Jujur saja aku tidak benar-benar tahu apa nama
perasaan yang kurasakan ke kamu. Tapi ketika aku mendengar kabar itu, entah
kenapa aku merasa kecewa. Atau kesal. Atau entahlah, aku tidak benar-benar tahu
bagaimana aku harus menyebutnya. Hanya saja aku tahu bahwa itu bukan sesuatu
yang baik.
Selama ini aku selalu merasa bahwa aku adalah
pecundang sejati. Seseorang yang hanya bisa mencintai tanpa tahu bagaimana
rasanya dicintai. Tapi setelah membaca postinganmu, entah kenapa aku sangat
ingin berterimakasih kepada kamu. Entah kenapa aku mulai merasa bahwa ternyata
hidupku tak seburuk yang aku pikirkan selama ini.
Setelah membaca postinganmu pula kurasa aku
menemukan jawaban sesungguhnya dari pertanyaan yang dulu pernah kulontarkan
kepadamu.
Tapi, seperti yang kukatakan di awal. Seiring
berjalannya waktu, semua pasti berubah. Dan itu mungkin juga berlaku kepada
perasaan yang kamu rasakan. Tidak, bukan mungkin. Tapi aku yakin perasaan itu
pasti sudah berubah. Dan ketika waktu terus berputar, mungkin kamu akan lupa
kalau kamu pernah memiliki perasaan itu.
Sebelum aku mengakhiri tulisan ini, aku akan berkata
bahwa aku menuruti permintaanmu untuk tidak tertawa setelah membaca
postinganmu. Ya, aku tidak tertawa. Hanya saja aku sedikit merenung.
Andai saja waktu bisa diputar kembali, kurasa ketika
aku berada di kelas 9C duduk di bangku yang waktu itu dan menghadap kebelakang,
aku akan menggeser arah pandanganku beberapa centimeter dari arah yang waktu
itu selalu kutuju.
Panjang banget males baca. At least mbo, finaly i can told u bout this wkwkwk after 1xxxxx tahun sampe lupa.thankyou for gave me something yang bisa diinget kalo lewat depan SMP hahaha. Btw aku lg nemu postingan iki.
BalasHapusTes, sumpah aku mau wis komen tapi ilang
BalasHapusOkay then i just realized that postingan ini gbs dikomen.sori ya bombing, tapi aku ra terimo sumpah aku tau ngancani kowe nonton spurs nek ra salah. Oiyo siji ngkas, aku isin bgt sumpah, dadi nek kowe weruh aku neng dalan merem wae ya, bkos i gapunya muka lg. Bhay.
BalasHapusnek ketemu neng ndalan, mangsamu aku ra bakal canggung pho
Hapus