Tidak Boleh Ke Toilet Di Waktu Ujian Adalah Peraturan Konyol
Di pertengahan Januari
tahun ini, seperti pertengahan Januari di tahun-tahun sebelumnya di kampus saya
(UMS) diselenggarakan sebuah event dengan tajuk Ujian Akhir Semester (UAS). Meski
UAS sudah menjadi agenda tetap tiap semester, namun saya merasakan ada sesuatu
yang berbeda dari UAS kali ini.
Apa yang berbeda di UAS
kali ini?
Sebuah aturan baru yang
entah kenapa terasa begitu aneh bagi saya. Malahan, menurut saya sudah bukan aneh lagi, tapi konyol. Aturan
yang tidak memperbolehkan peserta ujian untuk meninggalkan kelas bahkan untuk
pergi ke toilet.
Sebenarnya saya nggak
begitu yakin apakah itu aturan baru atau sebenarnya udah ada dari dulu. Tapi,
pada kenyataannya peraturan itu baru benar-benar dipraktekkan di fakultas saya
(FEB) di UAS kali ini.
Pertama kali saya tahu
tentang aturan itu adalah saat hari pertama UAS. Waktu itu, ada salah satu peserta
dari ruangan saya yang berdiri dari kursinya dan berjalan ke depan meminta ijin
ke pengawas untuk pergi ke toilet. Namun sang pengawas tidak memperbolehkan si
peserta untuk keluar. Katanya ini peraturan. Nggak menyerah begitu saja, si
peserta mencoba meyakinkan sang pengawas bahwa dia beneran pengen ke toilet dan
nggak akan macam-macam. Tapi sang pengawas tetap pada pendiriannya. Bahkan sang
pengawas menjawab dengan kalimat … “Kalau
mau ke toilet beneran ya nggak papa. Tapi pekerjaan kamu saya ambil”.
Mendapatkan jawaban seperti itu jelas langsung membuat si peserta mengurungkan
niatnya dan balik ke kursinya.
Saat pertama kali saya
melihat kejadian itu, saya cuman bertanya dalam hati … “loh, kok sekarang gini, ya?”
Awalnya saya pikir kejadian
itu terjadi karena kebetulan pengawas di ruangan saya orangnya kaku. Hingga
akhirnya, di hari lain, dengan peserta ujian dan pengawas yang berbeda, kejadian
yang sama terulang kembali. Saat itulah saya mulai sadar bahwa ini memang
peraturan baru. Terlepas dari siapa yang jadi pengawas.
Kemudian saya mencoba
untuk berpikir tentang kenapa aturan tidak boleh ke toilet itu harus ada? Dan dugaan
yang muncul di otak saya adalah mungkin UMS berusaha untuk meminimalisir
potensi kecurangan yang terjadi. Karena memang pada faktanya, nggak semua peserta
yang ijin ke toilet benar-benar menggunakan waktunya untuk pergi ke toilet. Beberapa
memang ada yang memanfaatkannya untuk berbuat kecurangan.
Memang membuat mereka
yang ingin berbuat curang kehilangan kesempatan adalah sesuatu yang bagus. Dan
dengan melarang peserta ujian untuk meninggalkan ruangan mungkin cukup efektif.
Tapi, bagaimana dengan peserta-peserta yang benar-benar ingin pergi ke toilet
karena kebelet? Bagaimana nasib mereka?
Nah, ini yang membuat
saya berpikir bahwa aturan ini terasa konyol. Merenggut hak manusia untuk pegi
ke toilet adalah tindakan yang menurut saya nggak manusiawi. Karena bagaimana
pun juga pergi ke toilet –buang air- adalah kodrat setiap manusia yang terlahir
di dunia ini.
Mungkin sang pencetus
ide tentang peraturan ini bisa saja berkata … “kalau nggak mau kebelet, sebelum masuk ruangan ke toilet dulu, lah.”
Iya,
sih. Ke toilet dulu sebelum masuk ruang ujian bisa jadi ide yang bagus biar
nggak kebelet waktu ujian. Tapi, apakah itu benar-benar efektif membuat orang
terhindar dari kebelet? Buat beberapa orang, mungkin efektif. Tapi untuk
beberapa orang yang lainnya, itu sama sekali nggak efektif.
Karena
pada faktanya di dunia ini ada orang-orang yang entah kenapa begitu sering
merasa kebelet ingin buang air kecil. Celakanya, saya adalah orang yang sering
mengalami itu. Bahkan di hari ini –hari terakhir saya UAS-, sebelum saya
memasuki ruangan, saya menyempatkan diri terlebih dahulu untuk pergi ke toilet.
Namun, sekitar setengah jam berada di ruang ujian, lagi-lagi saya kebelet.
Padahal pekerjaan saya baru selesai seperempat. Kalau saya ijin ke pengawas
pasti tidak boleh. Kalau pun boleh pekerjaan saya akan diambil. Alhasil, saya
mencoba menahan rasa kebelet ini sambil tetap mengerjakan soal. Ketahuilah, menahan
kebelet sambil mengerjakan soal itu benar-benar nggak nyaman.
Selain
nggak nyaman, saya sering dengar kalau menahan kebelet itu bisa berbahaya bagi
kesehatan. Bahkan, di negara lain, di kampus yang menerapkan peraturan serupa
dengan UMS, saya membaca ada seorang peserta ujian yang menahan kebelet sampai
harus dilarikan ke rumah sakit. Link berita klik di SINI. Tentu UMS nggak mau yang seperti itu terjadi, kan?
Jadi,
jika peraturan nggak boleh ke toilet adalah peraturan yang berbahaya, kenapa
tetap harus diterapkan? Untuk meminimalisir kecurangan?
Tunggu,
UMS ini kan universitas Islam. Orang Islam percaya sama Allah. Tentang orang
yang ijin ke toilet tapi menggunakannya untuk berbuat curang, kenapa tidak
menganggap itu sebagai urusan dari orang yang bersangkutan terhadap Allah saja?
Belum ada Komentar untuk "Tidak Boleh Ke Toilet Di Waktu Ujian Adalah Peraturan Konyol"
Posting Komentar