Suka Duka Anak Rumahan
Kalau kamu sering
mendapat pertanyaan dengan kalimat yang berbunyi, “nggak bosen di rumah terus?”
atau “emang di rumah ngapain aja, sih?”, besar kemungkinan kita termasuk dalam
golongan yang sama. Ya, kita adalah anak rumahan!
Umm … sebenarnya saya
agak ragu kalau harus menyebut diri saya sebagai anak rumahan. Memang sih saya
lebih suka menghabiskan waktu di dalam rumah. Tapi, masalahnya bukan itu.
Masalahnya saya bukan anak-anak lagi. Bahkan disebut remaja pun udah nggak
pantes. Sekitar satu tahun lebih beberapa bulan lagi, saya akan berusia ¼ abad.
Jadi dengan usia segitu, masihkah saya pantas disebut anak rumahan? Tapi kalau
bukan anak rumahan, lalu bagaimana menyebutnya? Orang rumahan? Manusia rumahan?
Atau masyarakat rumahan? Ah, lupakan saja. Kayaknya istilah anak rumahan tetap
yang terbaik.
Sama seperti banyak hal
lain di dunia yang memiliki dua sisi yang berlawanan, seperti baik dan buruk,
hitam dan putih, atau apapun itu, menjadi anak rumahan pun sama. Ada suka dan
dukanya. Ada hal yang menyenangkan dan menyebalkannya. Dan di postingan kali
ini, saya pengen membahasnya.
Baiklah, mari kita
mulai dari sukanya dulu …
Yang menyenangkan dari
menjadi anak rumahan adalah … kebahagian yang sederhana. Ya, kebahagiaan yang
sederhana. Untuk merasa bahagia, atau seenggaknya senang, saya nggak perlu
berkungjung ke tempat wisata yang keren atau sebuah kafe yang hits banget. Karena
cukup dengan berada di rumah, saya sudah merasa bahagia.
Nggak
bosen di rumah terus?
Enggak. Saya pribadi,
saya nggak pernah merasa bosan ketika berada di rumah. Selama koneksi internet
di rumah lancar, saya nggak akan pernah bosan. Atau ketika internet mati,
seenggaknya ada buku yang bisa menemani. Atau acara TV yang bagus. Atau laptop
untuk sekedar menonton anime. Atau, kalau semua itu nggak tersedia, bahkan
hanya berbaring di dalam kamar sambil memandangi langit-langit kamar juga nggak
terlalu buruk, kok.
Bahkan seringnya, kalau
pas di luar rumah saya malah merasa bosan. Pengennya cepetan pulang dan sampai
rumah. Makanya, saya sering bingung kalau ada teman saya yang bilang kalau dia
nggak betah di rumah. Umm … gimana, ya? aneh aja, sih.
Itu tadi sukanya jadi
anak rumahan. Gimana tentang dukanya? Jujur menjadi anak rumahan banyak juga
lho dukanya.
Salah satunya adalah
fakta kalau saya nggak punya banyak pengalaman. Seenggak berpengalaman apa
saya? Sangat simple untuk menjelaskan itu. Sampai detik ini, saya belum pernah
nonton film di bioskop. Saya juga belum pernah naik gojek. Nah, sudah jelaskan di titik mana level ketidak
berpengalaman saya. haha.
Yang paling menyebalkan
dari menjadi anak rumahan adalah susah dapat pacar. Sebenarnya daripada
dibilang susah, lebih tepatnya saya nggak tahu gimana caranya. Sebagai anak
rumahan, tentu lingkup pergaulannya terbatas. Kenalan lawan jenis pun terbatas
pula. Kalau pun ada, saya juga bingung mesti gimana. Ajak jalan? Kemana? Refrensi
tempat asik menurut saya ya cuma kamar. Masak iya diajak ngamar? Rasanya bukan
ide yang bagus.
Kadang, jujur saya
merasa agak iri kalau buka instagram terus lihat foto teman-teman saya yang
lagi pergi ke sebuah tempat wisata dengan wajah mereka yang terlihat begitu
senang. Saya pikir sepertinya asik juga. Dan saya pun pernah mencobanya. Ikut pergi
sama teman saya ke tempat wisata. Di tengah perjalanan, tiba-tiba saya berkata
dalam hati …
“Rasanya pengen pulang
aja”
Ya, tiba-tiba saya
merasa bosan. Meski itu di tempat wisata. Sepertinya rumah memang tempat
terbaik buat saya. Tempat yang membuat saya merasa nyaman. Tempat yang membuat
saya merasa aman. Dan tentunya, tempat yang membuat saya merasa bahagia.
Belum ada Komentar untuk "Suka Duka Anak Rumahan"
Posting Komentar