Majelis Tawa Mini Show 3, Tentang Panggung!
Selama 3 tahun
terakhir, dalam satu tahun kalender, bagi saya selalu ada sebuah hari kamis
yang terasa lebih spesial dibanding kamis-kamis lainnya. Sebuah kamis di mana
hari itu digelar sebuah pertunjukkan stand up comedy bertajuk Majelis Tawa Mini
Show, acara tahunan milik komunitas Stand up UMS.
Kamis 23 November 2017,
seperti dua tahun sebelumnya, di hari itu saya kembali tampil dalam acara
Majelis Tawa Mini Show yang sudah memasuki tahun ketiganya. Kalau dipikir-pikir
keren juga ya saya, bisa tampil di tiga edisi Majelis Tawa Mini Show. Keren? Ah,
nggak juga, kok. Itu terjadi semata-mata karena talentnya emang nggak banyak. Jadi
yang main ya itu-itu mulu. Jadi sekali lagi bukan karena keren, ya. Tapi pure
karena stand up UMS nggak punya cukup banyak talent. Dengan kata lain,
regenerasine ora mlaku! Hahaha.
Oh, iya. Di postingan
kali ini saya mau ngapain, ya? Cerita tentang jalannya acara? Kayaknya enggak,
ya. Karena pastinya juga hampir mirip sama Majelis Tawa di tahun-tahun
sebelumnya. Males, kan. Masak tiap tahun nulis blog dengan cerita yang nyaris
sama? Enggak, ah.
Terus kalau gitu mau nulis apa? Umm … apa, ya? Ah, saya tahu! Saya akan tulis tentang sesuatu yang baru saja saya sadari setelah Majelis Tawa Mini Show 3 berakhir. Apa itu? Kurang lebih adalah …
Panggung, di satu sisi
bisa jadi hal paling menyebalkan di dunia. Tapi di sisi lain, panggung bisa
menjadi sebuah kenikmatan yang tiada tara.
Panggung bisa jadi hal
paling menyebalkan di dunia?
Iya. Enggak tahu kenapa
saya selalu merasa gugup berlebihan ketika akan show. Gugupnya itu bahkan bisa
sampai h-1 bulan sebelum show. Bayangkan, satu bulan hidup dalam rasa gugup,
rasa cemas, rasa gelisah. Enggak enak banget rasanya. Mau ngapa-ngapain jadi
nggak tenang rasanya.
Jadi terkadang saya iri
saya teman saya yang bisa menganggap show sebagai party. Enggak tahu kenapa
saya sampai sekarang masih merasa kalau show itu perang. Jadi kalau teman saya
ada yang bilang “Yes! Besok show!”, saya masih saja bilang “Bangsaaaat! Besok show!”.
Sesuai dengan apa yang
saya tulis di paragraf sebelumnya, saya sadar kok kalau saya memang nggak punya
mental yang cukup bagus untuk seorang yang harusnya tampil di atas panggung. Gila,
tapi tekanannya memang gede banget, sih.
Apakah saya takut
gagal? Mungkin. Jujur berhari-hari sebelum show, untuk memotivasi diri sendiri,
saya selalu ngomong dalam hati kayak … “Udah, nggak usah takut nggak lucu.
Nggak lucu juga nggak papa. Santai, Messi yang berkali-kali jadi pemain terbaik
dunia pernah gagal nendang penalty. Rossi yang bahkan legend di MotoGP juga
pernah jatuh pas balapan, kok.”
Belum lagi pas hari-H
sebelum tampil. Badan rasanya mual-mual. Pengen muntah mulu bawaannya. Tekanan
panggung itu emang gede banget. Dan itu yang menurut saya membuat panggung bisa
jadi hal paling menyebalkan di dunia.
Tapi sekali lagi, di
sisi lain panggung bisa menjadi hal paling menyenangkan di dunia. Dengan tingkat
kesenangan yang bahkan kayaknya nggak ada tandingannya. Ya, perasaan bahagia
yang luar biasa rasanya setelah menyelesaikan pertunjukkan. Rasanya kayak ada
Euforianya gitu. Bahagia banget lah pokoknya.
Lalu, pertanyaannya
apakah saya merasakan kebahagiaan after show semacam itu di Majelis Tawa Mini
Show 3? Jelas iya. Saya puas banget. Bahagia banget. Memang sih saya sadar
penampilan saya nggak sempurna. Ada juga bit yang miss. Tapi bodo amat, lah. Gelandang
hebat sekelas Luka Modric pasti pernah salah umpan, kok. Marc Marquez juga
pernah melebar pas balapan. Hehe.
Umm, apa lagi, ya? Oh, iya.
Makasih banyak buat stand up UMS yang lagi-lagi ngasih kesempatan untuk
manggung. Makasih banyak buat sponsor yang mendukung acara Majelis Tawa Mini
Show 3. Makasih banyak untuk semua penontom yang hadir di Majelis Tawa Mini
Show 3. Karena tanpa tawa kalian, saya akan lupa bagaimana rasanya bahagia. Hehe.
Belum ada Komentar untuk "Majelis Tawa Mini Show 3, Tentang Panggung!"
Posting Komentar